BREAKING NEWS
loading...
loading...

Tuesday 1 October 2013

Misteri Kematian Ibu Tien Soeharto

Sebagian masyarakat Jawa sangat percaya bahwa almarhumah Tien Soeharto memiliki Wahyu (anugerah) istimewa. Siapapun yang bersamanya, kejayaan selalu mengiringi. Keyakinan peninggalan Zaman Pagan (zaman penyembahan dewa) tersebut masih diyakini oleh banyak orang. Terlepas dari benar tidaknya teori tersebut, orang selalu menceritakan begitu berjayanya Soeharto selama bersama istrinya. Lalu, ketika sang istri wafat pada tanggal 28 April 1996, dengan cepat kegemilangan Soeharto dan lingkaran cendana memudar. Kasus demi kasus yang menyangkut keluarga dan kroninya mencuat. Puncaknya, hanya 2 tahun setelah 'wahyu' itu pergi, Soeharto diseret turun dari tahtanya dengan cara yang memalukan. Kemudian satu per satu, anak, cucu, kerabat, dan kroninya bertumbangan dihajar tangan hukum yang selama 30 tahun lebih dibelenggu oleh Orde Baru.

Dahulu, bermesraan dengan lingkaran Cendana menjadi sebuah berkah bagi para Penjilat. Kini, nama Dinasti itu justru menjadi kutukan berbahaya bagi pihak-pihak yang ingin mencuci tangan tangan dari kotornya rezim. Uniknya, (kebetulan) itu terjadi ketika sosok wanita paling dimuliakan di istana telah terdiam dalam pelukan tanah merah dan basah. Kepergiannya yang cukup mendadak akibat (lagi-lagi) serangan jantung, meninggalkan seribu pertanyaan, bahkan mungkin kecurigaan.

Sehari sebelumnya, ia masih berjalan-jalan dengan sehat di Taman Mekarsari. Apalagi menurut keterangan RS Harapan Kita, pada 25 Maret 1996, beliau dikatakan tidak memiliki penyakit jantung. Tapi mengenai ini, adik Soeharto Probo Soetejo, memberikan alasan bahwa diagnosis dokterlah yg keliru. "Kalau seandainya ibu dinyatakan tidak sehat, Pak Harto tidak akan pergi mancing." Kekeliruan yang dilakukan pihak dokter adalah tidak menyampaikan peringatan mengenai bahaya adanya gumpalan (thrombus) di vena ibu Tien yang berbahaya jika berjalan lebih dari 25 meter. Hal tersebut akan menyebabkan terlepasnya thrombus yang bisa menyebabkan kematian. Namun, seorang dokter RS Harapan Kita yang pernah memeriksa kondisi ibu Tien, dokter Frans Santoso membantah bahwa ada gumpalan thrombus di vena bekas pasiennya itu.

 Di masyarakat sendiri, berkembang teori lain yang mencurigai bahwa kematian itu terjadi tidak secara wajar, bahkan sangat terkait dengan aroma insiden dalam keluarga Cendana. Persaingan bisnis di lingkungan internal Cendana dituding menjadi biang kerok perselisihan keluarga yang berujung pada insiden yg tidak pernah terbayangkan sebelumnya. AROMA PEREBUTAN PROYEK MOBIL NASIONAL.

Banyak orang merasa heran, jika memang pada hari itu ibu Tien terkena serangan jantung, mengapa justru dilarikan ke RS Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, bukankah RS Harapan Kita jauh lebih terkenal sebagai pusat perawatan Jantung milik keluarga Cendana sendiri? Mungkinkah karena alasan kerahasiaan yang lebih terjaga jika jenazah ditangani oleh Militer, daripada tim rumah sakit sipil? Ketika itu dikalangan bisnis telah terdengar bisik-bisik mengenai persaingan antara Tommy dan Bambang, dua Putra Soeharto. Isunya perebutan proyek mobil nasional (mobnas). Rumor yang beredar, Tommy yang menjadi anak emas Soeharto, menjadi satu-satunya pemilik hak ekslusif untuk menjalani Pproyek Mobil Nasional dengan segala kemudahan dan subsidi Negara. Dari fasilitas hadiah sang ayahanda inilah proyek mobil Timor meledak. Harganya dapat menjadi sangat murah akibat curahan subsidi dan berbagai kemudahan lainnya. Bambang Trihatmojo, yang merupakan putra kesayangan ibu Tien, kabarnya tidak senang dan menuntut agar Grup Bimantara juga diberikan fasilitas. Apalagi, perusahannya telah berpengalaman menjadi importir dan merakit mobil-mobil Korea.

Malam itu, terjadi pertengkaran sengit antara keduanya. Ketegangan memuncak. Lalu, pada satu kesempatan ibu Tien tidak sengaja menjadi korban dari pertengkaran itu. Rumor skandal semakin menjadi-jadi dengan kesaksian seorang petugas di pesawat Hercules yang membawa jenazah Almarhumah dari Jakarta ke Solo. Ia mengatakan, rasanya aneh karena jenazah sudah mengeluarkan bau menyengat. Padahal jam baru menunjukan pukul 10 pagi. Sementara kematiannya (disebutkan) jam 5 pagi. Keanehan itu dikaitkan juga dengan adegan yang sempat tertangkap kamera ketika peti jenazah sempat dibuka (Saat dibuka ada perintah untuk tidak mengambil gambar), tampak Probosutejo menyemprotkan wewangian disekitarnya. Dua cucu Pak Harto juga tampak erat menutup hidung mereka. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mungkinkah waktu kematian telah terjadi jauh sebelum pukul 5 pagi pada 28 April itu? yang menyebabkan bau mayat menjadi menyengat dari yang sewajarnya?



Sumber : Konspirasi oleh Alfred Suci
disadur dari twitter @dreeup
loading...
 
Copyright © 2014 Rasendriya Bercerita. Designed by OddThemes