BREAKING NEWS
loading...
loading...

Sunday 27 September 2015

Varietas Lele Sangkuriang

Lele sangkuriang akhir-akhir ini mulai mendapatkan tempat istimewa baik dikalangan peternak, pelaku usaha maupun konsumen lele. Tak jeran jika lele jenis baru ini kian lama kian digemari, pasalnya lele sangkuriang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan lele dumbo biasa.

Angka produksi lele sangkuriang lebih tinggi dibandingkan lele dumbo biasa. Berdasarkan pengalaman di lapangan, untuk membesarkan benih lele dumbo sebanyak 1000 ekor dengan pemberian pakan 1 kwintal hanya menghasilkan lele konsumsi sebanyak 70-80 kg. Sedangkan untuk lele sangkuriang dengan jumlah benih dan pakan yang sama dapat menghasilkan 1-1,4 kwintal.



Masa panen lele sangkuriang pun baik di tingkat pembenihan maupun di tingkat pembesaran terbukti lebih cepat dibandingkan lele dumbo. Di tingkat pembenihan, pertumbuhan lele sangkuriang dari ukuran 2-3 cm untuk mencapai ukuran 5-6 cm memerlukan waktu 20-25 hari. Sedangkan pada lele dumbo membutuhkan waktu sekitar 30-40 hari.

Pada tingkat pembesaran, untuk penebaran benih 5-6 cm, untuk mencapai ukuran lele konsumsi siap panen lele sangkuriang hanya membutuhkan waktu 50-60 hari dengan asumsi suhu rata-rata 25-28 derajat celcius. Masa panen akan lebih cepat lagi jika dibesarkan di daerah yang memiliki suhu tinggi. Sebagai contoh untuk daerah yang suhunya 35-38 derajat celcius hanya memerlukan waktu 45 hari saja sampai lele siap panen. Sementara pada lele dumbo memerlukan waktu 3-4 bulan

Disamping itu kemampuan bertelur induk lele sangkuriang lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan lele dumbo. Jika satu ekor induk lele dumbo dalam sehari bertelur biasanya menghasilkan 20.000-30.000 butir, sedangkan lele sangkuriang mempu bertelur hingga 40.000-60.000 butir. Begitu juga dengan daya tetasnya. Daya tetas lele dumbo terbilang cukup tinggi yakni 80% akan tetapi lele sangkuriang lebih tinggi lagi, yakni 90%. Dengan demikian angka profuksi lele sangkuriang menjadi lebih tinggi dibandingkan lele dumbo



Semua jenis lele memiliki pertahanan tubuh berupa lendir di kulitnya, termasuk lele sangkuriang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, jenis bakteri yang saring menyerang ikan air tawar jarang ditemukan di kolam atau wadah budidaya ikan LEle sangkuriang, terutama Trichoda sp dan Ichthiophthirius sp. Namun demikian langkah-langkah pencegahan terhadap penyakit mutlak diperlukan.

Sementara itu daging lele sangkuriang memiliki tekstur daging yang lebih padat dan minim kandungan lemak jika dibandingkan lele dumbo. Dari segi rasa pun memiliki keunggulan yakni renyah, lebih gurih dan tidak bau lumpur. Apalagi jika dibudidayakan secara organik lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi. Lele jenis ini pun memiliki kandungan omega 3 yang sangat baik untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak.



Pada dasarnya pemeliharaan lele air tawar lebih mudah dibandingkan ikan air tawar lainnya. Namun teknik pemeliharaan lele sangkuriang relatif jauh lebih mudah dibanding dengan lele dumbo biasa apalagi dibandingkan dengan pemeliharaan jenis ikan lainnya. Lele sangkuriang bisa dibudidayakan di lahan yang sempit. hanya diperlukan lahan 5 x 2 meter saja untuk membesarkan benih 1000 ekor

Dengan luas lahan tersebut, pembudidayaan lele dapat menghasilkan lele konsumsi sebanyak 1-1,4 kwintal. Selain itu untuk menghemat biaya pembuatan kolam, lele sangkuriang bisa juga dibudidayakan menggunakan kolam terpal.

Dengan demikian varietas lele sangkuriang memang lebih ungguk dibanding dengan varietas lele lainnya. Di samping pembudidayaan lebi hmudah, lele sangkuriang juga memiliki kualitas daging dan pasar lebih tinggi. Apabila anda tidak memiliki lahan yang luas pun, lele varietas ini dapat anda budidayakan dan tentu saja dapat anda lakukan sebagai pekerjaan sampingan yang menghasilkan income yang sangat menjanjikan.

Sumber
Kunci Sukses Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Lahan Sempit

Saturday 26 September 2015

Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Syuaib Bani Hasyim, Makkah dipagi hari, Senin tanggal 9 Rabiul Awal dipermulaan tahun Gajah. Ini bertepatan dengan tahun keempat puluh dalam pemerintahan Raja Kisra Anu Syirwan. Menurut perkiraan Ulama Agung Muhammad Sulaiman al-Mansurpuri dan ahli ilmu Falak Mahmud Basya Nabi Muhammad lahir bertepatan sekitar tanggal 20 atau 22 April tahun 571 Masehi



Ibn Sa'ad meriwayatkan bahwa ibu Rasulullah SAW, Siti Aminah menceritakan, "Ketika ku melahirkannya, satu cahaya telah keluar dari arah rahimku, menerangi tempat kami di negeri Syam", periwayatannya hampir sama dengan apa yang diriwayatkan oleh al-Irbadh bin Sariah. 

Beberapa tanda-tanda kebangkitan seorang Rasul telah terjadi beberapa saat, sebelum kelahiran Rasulullah, di antaranya runtuhnya empat belas teras dewan Kisra Persia, terpadamnya api yang disembah penganut agama majusi, robohnya gereja-gereja di sekitar Danau Sawah yang sebelumnya penuh sesak dengan para pengunjung. Hal ini diriwayatkan oleh AlBaihaqi, tetapi tidak disetujui oleh Muhammad al-Ghazali.

Setelah Beliau dilahirkan, ibunya Siti Aminah segera memberi tahu kepada kakek Baginda Abdul Mutalib mengenai kabar yang baik itu. Saat itu Abdul Mutalib langsung mengambil dan membawa Baginda kedalam Ka'bah, untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah. Beliau telah memilih nama "Muhammad" sebagai nama kepada cucunya, nama itu tidak pernah diberikan kepada siapa pun oleh bangsa Arab sebelum ini. Nabi Muhammad SAW juga dalam keadaan telah disunat ketika dilahirkan.

Orang pertama yang menyusui Nabi setelah ibunya, adalah dari Thuwaibah hamba Abu Lahab bersama anaknya bemama Masruh dengan itu ia menjadi saudara sepenyusuan dengan Baginda, sebelum ini Thuwaibah juga telah menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib setelah beliau Abu Salamah bin Abdul al-Asad al-Makhzumi.

Tuesday 22 September 2015

Apa itu Power Bank dan Bagaimana Cara Kerjanya?



Power Bank adalah sebuah alat yang memiliki fungsi hampir sama dengan baterai, yakni menyimpan daya. Bedanya power bank memiliki bentuk design khusus dan dilengkapi circuit khusus pula yang bisa mengontrol aliran daya listrik di dalamnya. Dalam sebuah power bank biasanya dilengkapi dua port untuk input dan output.



Port input berguna untuk memasukkan aliran daya listrik ke dalam power bank agar power bank bisa terisi oleh daya listrik sesuai dengan kapasitas yang bisa ditampung di dalamnya. Port input ini bisa disambungkan ke komputer atau charger yang sumber daya nya diambil dari listrik PLN. Setelah diisi penuh oleh daya listrik, power bank bisa menyimpan daya nya untuk waktu tertentu dan bisa digunakan untuk mengisi baterai. Ini berguna bagi anda yang sering bepergian dan susah menemukan sumber listrik. Power Bank bisa mengisi batere handphone anda tanpa harus mencolokan charger ke sumber listrik. Tidak hanya batere handphone, semua perangkat yang memiliki port sesuai bisa menggunakan powerbank untuk mengisi ulang baterainya.



Kemampuan powerbank untuk mengisi baterai handphone tergantung dari kapasitas daya yang dimilikinya. Biasanya ditulis dalam satuan arus listrik mAh (mili Ampere/hour) artinya dalam satu jam arus listrik yang dialirkan adalah sekian mili ampere. Secara teori, jika anda memiliki handphone dengan kapasitas baterai 1500 mAh dan akan diisi dengan power bank berkapasitas 6000mAh, maka power bank tersebut jika terisi penuh bisa mengisi ulang baterai handphone anda hingga 4 kali isi ulang.

Namun dalam realitanya terdapat perbedaan dalam pembacaan kapasitas powerbank yang tertulis dengan kenyataan kemampuan power bank mengisi baterai


Hitungan Sederhana

(Power Bank Rating (mAh) × Efficiency × Device Depletion) / Device Capacity (mAh)

Power Bank Rating adalah kapasitas Power Bank.

Efisiensi adalah perbandingan antara arus yang keluar dari powerbank dan arus yang masuk ke baterai handphone anda. Efisiensi hampir dipastikan selalu bernilai di bawah satu. Karena pada saat transfer energi listrik dari powerbank ke batere handphone, tidak semua bisa dialirkan dengan lancar, sebagian terhambat oleh hambatan logam pada kabel atau port, berubah menjadi energi panas dan lain-lain

Device Depletion adalah penurunan kemampuan power bank dalam mengisi baterai. Sering dari kita membiarkan daya baterai handphone sampai habis sama sekali atau 0%. Pada saat mengisi baterai dari 0% hingga sekitar 20% power bank akan bekerja lebih keras dan mengalirkan arus yang lebih besar untuk bisa mengisi baterai hingga hidup. Ini tentu akan menguras kemampuan powerbank dalam mengisi baterai. Semakin sering anda menggunakan powerbank untuk mengisi batere yang 0%, semakin cepat pula kemampuannya menurun.

Device capacity adalah kapasitas baterai handpone anda

Secara hitungan sederhana, jika anda memiliki powerbank dengan kapasitas 6000 mAh dan kapasitas batere handphone anda sebesar 1500 mAh, maka 

(6000 mAh x 0,8 x 0,8)/1500 = 2,56

artinya Power Bank anda dengan kapasitas 6000 mAh yang sudah terisi penuh bisa mengisi ulang batere handphone dengan kapasitas 1500 mAh sebanyak 2,5 kali isi ulang


Tuesday 15 September 2015

Hikmah Islam Diturunkan di Negeri Arab

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, dunia di kala itu bisa dikatakan dikuasai dan dikepalai oleh dua negara besar yaitu Persia dan Romawi dan diikuti oleh Yunani dan India. Persia di kala itu merupakan arena pertarungan agama dan filsafat yang beraneka ragam. Pembesar dan pemerintah secara keseluruhan menganut agama Majusi (Zuradisy) yang di dalam ajarannya memperbolehkan pria menikah dengan ibu nya, anak perempuannya atau adik dan saudara perempuannya. Kekaisaran Yazdajrid kedua yang memerintah di pertengahan abad kelima Masehi telah menikah dengan putrinya. Tidak hanya itu saja, malah norma kesusilaan dan sopan-santun sudah melenceng dari garis-garis yang bersifat kemanusiaan.

Berdasarkan apa yang ditegaskan oleh Al Imam Al Shahras-tani dalam kitabnya yang berjudul Al-Milal Wa Al-Nihal, terdapat sebuah ajaran agama Mazdak yang menyebut bahwa kebebasan kaum wanita tiada batasnya. Begitu juga dengan kebebasan menggunakan harta benda dan seterusnya membuat wanita dan harta benda ini menjadi hak milik bersama, tidak ubah seperti air, api dan rumput dimana semua manusia bisa berbagi tanpa pembatasan. 

Ajaran ini mendapat sambutan yang begitu hangat dari kalangan mereka yang memang berkeyakinan demikian. Kerajaan Romawi (Roma) pula begitu meluap-luap dengan jiwa dan semangat penjajahan dan bergelut dalam persengketaan agama dengan pihak Kristen negeri Syam (Suriah) dan Mesir. la bergantung penuh kepada kekuatan angkatan tentaranya dan cita-cita penjajahannya yang berkobar-kobar dalam rangka percobaan memodernisasikan agama Kristen untuk disesuaikan dengan tujuan mencapai cita-cita dan kemauannya

Negara ini juga berada dalam kekacauan dari negara Persia, yang hidup dengan segala kemewahan yaitu kemewahan dalam kemerosotan ekonomi dan pemerasan terhadap rakyat jelata. Kenaikan pajak yang begitu melambung tinggi merupakan suatu gejala yang biasa dan telah menjadi satu lumrah. Yunani tua pun tenggelam ke dasar lautan khurafat dan dongeng yang tidak memberikan manfaat dan natijah yang berguna sama sekali. Negara India pun di kala itu menurut Professor Abul Hassan Al Nadwi telah menegaskan bahwa sejarawan dan penulis bulat mengatakan yang India di awal abad keenam Masehi telah terlantar ke lembah kemeroosotan agama, akhlak dan kemasyarakatan. India bersama tetangga dan saudaranya turut serta berpartisipasi dalam memerosotkan akhlak dan kemasyarakatan.

Perlu kita ketahui bahwa faktor-faktor yang menyeret bangsa ini ke lembah kerusakan dan perpecahan adalah kemajuan dan peradaban yang berbasis pada materialisme semata. Peradaban ini tidak mengambil contoh-contoh ma'nawi dan akhlak yang sempuma sebagai landasan dan dasar kemajuan. Peradaban dan kemajuan materi dengan aneka sebab-akibat yang timbul darinya hanyalah tidak lebih dari kesia-siaan lantaran kemiskinan hati dan kemajuan yang dicapai itu telah membawa kehidupan manusia mengalir ke danau kecelakaan dan kekacauan. Sebaliknya jika ahli pikirnya memiliki akal pikiran yang baik dan pertimbangan yang seksama maka peradaban dan kemajuan tadi merupakan jalan jalan yang indah serta mudah pula menuju ke arah kesenangan dalam semua pola dan aspek hidup. Biasanya hal ini tidak akan lahir kecuali melalui agama dan wahyu Ilahi saja.



Semenanjung Arab di masa itu merupakan suatu daerah yang tenang, jauh dan terpencil dari gejala kekacauan tadi. Bangsanya tidak pemah merasakan kemewahan dan kemajuan seperti Persia yang bisa membawa mereka ke arah kerusakan dan keruntuhan akhlak dan tidak pula mengagungkan kekuatan militer yang memungkinkan mereka menjajah negara-negara di sekitamya. Mereka juga tidak menganut filsafat dan ideologi yang jenisnya seperti Yunani Tua yang menyebabkan mereka menjadi korban dongeng dan khurafat.




Tabi'at alami mereka ini tidak ubah seperti suatu "bahan mentah" yang belum pernah tersentuh corak kebudayaan manapun yang bisa dibayangkan pemikirannya masih alami dan mudah untuk dibimbing ke arah pembentukan manusia yang terpuji yang rnempunyai sifat amanah, pemurah, suka menolong dan membenci kezaliman. Apa yang mereka perlu hanyalah pengetahuan yang dapat menyinari jalan-jalan ke arah tersebut karena mereka ini hidup dalam kebodohan. Kebanyakan mereka telah sesat untuk sampai ke arah kemanusiaan yang sebenamya. Mereka membunuh anak perempuan karena ingin menjaga martabat, menghabiskan uang yang banyak dengan harapan menginginkan kemuliaan dan berperang dengan sesama manusia dengan tujuan mempertahankan kehormatan.

Semuanya ini telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu Wata'ala di dalam Al-Qur'an:



"Dan sesungguhnya kamu sebelum hari ini adalah dan golongan orang-orang yang telah sesat". (QS Al-Baqarah Ayat 198)

Penegasan ini lebih merupakan udzur dan kemaafan bagi mereka dari penghinaan ke atas mereka. Ini adalah mengingat bangsa-bangsa lain telah menggunakan peradaban dan kemajuan mereka sebagai alat menuju kerusakan sedangkan mereka ini sadar malah berencana sedemikian. Selain semuanya ini, Semenanjung Arab di segi posisi muka buminya pula terletak di pertengahan bangsa-bangsa tersebut (yaitu Persia dan Roma) yang bergolak di sekelilingnya. Muhammad Al Mubarak seorang professor Mesir telah mengutarakan pendapat dengan katanya:

'"Orang yang mengamati dan memandang kepada bangsa' Arab akan dapat melihat bagaimanakah bangsa Arab bisa berdiri di masa silam di tengah-tengah dua peradaban yang melebar di kiri kanan. Di sebelah kirinya peradaban barat yang berlebihan telah mencoba mendapatkan gambaran dan gambar manusia dengan alirannya yang kering pucat tak berhias dan tidak berjejas dengan fakta keinsanannya. Di sebelah kanannya pula peradaban spiritual dan kejiwaan yang melambung ke alam khayalan seperti yang ada di India, Cina dan sebagainya. "

Setelah kita dapat menggambarkan keadaan bangsa'Arab dan semenanjungnya sebelum Islam juga hal kondisi bangsa-bangsa lain yang mengelilinginya maka mudahlah bagi kita menyingkap di sebaliknya apakah hikmah Allah mengutus Rasul utusan di Semenanjung Arab itu dan bangsa 'Arab pula merupakan golongan pertama buat merintis jalan-jalan ke arah penyebaran obor seruan da'wah 

Islamiyah yang kini telah dianut oleh umat manusia di seluruh alam. Bukanlah sebagaimana yang disangka oleh setengah-se-tengah orang yang mengatakan bahwa pengikut-pengikut agama yang sesat adalah sulit untuk mengobati jiwa mereka dan sulit memberi tunjuk ajar karena mereka ini ta'sub (fanatik) dan membanggakan keburukan, kehancuran dan kehancuran yang pada sangkaan mereka semuanya baik. Sedangkan mengubah dan memberi bimbingan kepada mereka yang sedang mencari-cari kebenaran lebih mudah karena mereka ini sama sekali tidak menafikan kejahilan mereka sendiri dan tidak pula membanggakan atau bermegah-megah dengan hasil peradaban karena mereka langsung tidak memiliki peradaban. Golongan ini paling mudah sekali untuk diperbaiki dan diberi dorongan kepada mereka. Bagi kita bukanlah ini yang dikatakan hikmat Ilahi, karena penganalisaan yang seumpama ini hanya tepat bagi mereka yang memiliki daya dan energi yang terbatas saja, memilih yang senang dan meninggalkan yang susah karena tidak menginginkan lelah. Andaikata Allah ingin menjadikan pancaran da'wah Islamiyyah di setiap bagian di Persia atau di Roma atau di India bersinar cemerlang maka sudah pasti pula Allah akan menyediakan fasilitas dan cara-cara sehingga berhasil da'wahnya seperti mana yang terjadi di Semenanjung Arab. Soal ini tidak pula menjadi beban, karena Allah Subhanahu Wata'alah Pencipta 'alam semesta. Namun hikmah Allah memilih Semenanjung Arab dan Rasul utusan itu tadi (seorang yang buta huruf - tidak bisa membaca dan menulis seperti mana yang dijelaskan oleh Allah dalam Kitab SudNya) agar manusia seluruhnya tidak merasa kecurigaan terhadap kenabian dan kerasulannya.

Sebagai penutup dan epilog ke hikmah Allah adalah suasana lingkungan tempat Rasulullah diutus di mana di dalamnya ada suatu biah (suasana) buta huruf juga dan jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain yang hidup di sekelilingnya mereka juga belum pernah dimasuki dan diracuni oleh setiap peradaban, pemikiran dan kerumitan filsafat yang berserabut.

Di antara hikmat Ilahi juga ialah menghindarkan perasaan kecurigaan manusia apakah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini bisa membaca dan mempelajari kitab-kitab lama yang berisi sejarah manusia purba dan tamaddunnegara tetangga dan menghindarkan juga sangkaan buruk terhadap Muhammad jika dakwah Islamiyyah ini timbul di kalangan umat manusia yang bertamaddun dan memiliki filosofi seperti Persia, Yunani Tua atau Romawi. Alasannya sangkaan buruk ini akan memberikan suatu gambaran yang buruk yaitu dari seri peradaban dan filsafat yang terakhir dalambentuk tamaddun yang murni serta kemas
dengan hukum yang lengkap. Hikmah-hikmah Ilahi ini telah dijelaskan dengan
tegas dan jelasnya dalam Al-Qur'an:

"Dialah (Allah) yang telah mengutus di kelompok buta huruf seorang utusan dari kalangan mereka (untuk) menyampaikan kepada mereka ayat-ayatNya dan menjauhkan mereka dari syirik dan mengajarkan mereka kitab-kitab dan hikmat, dan sesungguhnya mereka itu sebelumnya dalam kesesatan yang amat sangat. " (Al-Jumu'ah 62: 2)

Sudah kehendak Allah mengutus utusanNya yang buta huruf, begitu juga bangsa yang akan timbul Rasul di kalangannya juga satu bangsa yang kebanyakan buta huruf, agar mukjizat kenabian dan syari'at Islam itu terjulang nampak dan jelas di antara dogma-dogma dan seruan manusia lain yang beranika pola.

Di sana ada hikmat Ilahi yang lain, dan dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Seperti yang diketahui di mana Allah Subhanahu Wata'ala telah membuat Baitui Haram itu fokus dan kesejahteraan untuk seluruh umat dan merupakan rumah yang pertama untuk manusia beribadat serta mempraktekkan rukun-rukun agama. Sesungguhnya lembah Makkah ini telah menjalankan dan melaksanakan seruan tua para Anbiya 'yaitu Sayyidina Ibrahim 'Alaihi sallam. Tepat dan salah tempat di mana daerah yang mulia ini menjadi muara seruan agama Islam yang pertama yaitu | agama Nabi Ibrahim dan juga tempat pengutusan Nabi yang terakhir.
  2. Di segi posisi ilmu alam maka semenanjung 'Arab ini telah dipilih untuk beban tanggung jawab da'wah Islamiyyah, karena situasi dan posisinya di tengah-tengah berbagai bangsa. Ini menyebabkan penyebaran da'wah Islamiyah di kalangan bangsa-bangsa dan negara yang di sekelilingnya menyebar dengan mudah. Ini temyati sekali bila kita mengkaji kembali perjalanan da'wah Islamiyyah di zaman awal dan di zaman khulafa alRashidin. Memang tepat seperti yang ditegaskan tadi.
  3. Dan sebagai hikmat Ilahi juga yang menjadikan bahasa Arab itu sebagai media da'wah Islamiyyah dan bahasa yang pertama buat menerang dan menafsirkan percakap-an atau kalam Allah 'Azza wa jalla untuk disampaikan kepadakita.
Kalau kita perhatikan dengan teliti tentang keistimewaan bahasa diikuti dengan satu perbandingan dengan bahasa 'Arab maka dengan jelas kita temukan yang bahasa' Arab memiliki banyak keistimewaan yang sulit ditemukan dalam bahasa-bahasa lain. Maka sudah layak baginya untuk menjadi bahasa yang pertama dan utama untuk umat Islam di mana mereka berada.

Thursday 10 September 2015

Australia Pernah Takut Oleh Pesawat Pembom Indonesia TU-16

Bila predikat Angkatan Udara terkuat di Asia Tenggara kini di pegang oleh Singapura, maka di era tahun 60an kekuatan angkatan udara negeri kita boleh dibilang menjadi “Singa”, tak cuma di Asia Tenggara, bahkan di kawasan Asia, TNI-AU kala itu sangat diperhitungkan. Bahkan Cina maupun Australia belum punya armada pembom strategis bermesin jet. Sampai awal tahun 60an hanya Amerika yang memiliki pembom semacam (B-58 Hustler), Inggris (V bomber-nya, Vulcan, Victor, serta Valiant) dan Rusia.

Gelar “Singa” tentu bukan tanpa alasan, di awal tahun 60an TNI-AU sudah memiliki arsenal pembom tempur mutakhir dimasanya yakni TU-16, yang punya daya jelajah cukup jauh dan mampu membawa muatan bom dalam jumlah besar. Pembelian TU-16 AURI didasari terbatasnya kemampuan B-25, embargo suku cadang dari Amerika dan untuk memuaskan ambisi politik.

“TU-16 masih dalam pengembangan dan belum siap untuk dijual,” ucap Dubes Rusia untuk Indonesia Zhukov kepada Bung Karno (BK) suatu siang di penghujung tahun 50an. Ini menandakan, pihak Rusia masih bimbang untuk meluluskan permintaan Indonesia membeli TU-16. Tapi apa daya Rusia, AURI ngotot. Bung Karno terus menguber Zhukov tiap kali bersua. “Gimana nih, TU-16-nya,” kira-kira begitu percakapan dua tokoh ini. Akhirnya, mungkin bosan dikuntit terus, Zhukov melaporkan juga keinginan Bung Karno kepada Menlu Rusia Mikoyan. Usut punya usut, kenapa Bung Karno begitu semangat? Ternyata, Letkol Salatun-lah pangkal masalahnya. “Saya ditugasi Pak Surya (KSAU Suryadarma) menagih janji Bung Karno setiap ada kesempatan,” aku Marsda (Pur) RJ Salatun tertawa.



Ketika ide pembelian TU-16 dikemukakan Salatun saat itu sekretaris Dewan Penerbangan/Sekretaris Gabungan Kepala-kepala Staf kepada Suryadarma tahun 1957, tidak seorangpun tahu. Maklum, TNI tengah sibuk menghadapi PRRI/Permesta. Namun dari pemberontakan itu pula, semua tersentak. AURI tidak punya pembom strategis B-25 yang dikerahkan menghadapi AUREV (AU Permesta), malah merepotkan. Karena daya jelajahnya terbatas, pangkalannya harus digeser, peralatan pendukungnya harus diboyong. Waktu dan tenaga tersita. Sungguh tidak efektif. Celaka lagi, Amerika meng-embargo suku cadangnya. Alhasil, gagasan memiliki TU-16 semakin terbuka.

Salatun yang menemukan proyek TU-16 dari majalah penerbangan asing tahun 1957, menyampaikannya kepada Suryadarma. “Dengan TU-16, awak kita bisa terbang setelah sarapan pagi menuju sasaran terjauh sekalipun dan kembali sebelum makan siang,” jelasnya kepada KSAU. “Bagaimana pangkalannya,” tanya Pak Surya. “Kita akan pakai Kemayoran yang mampu menampung pesawat jet,” jawab Salatun. Seiring disetujuinya rencana pembelian TU-16 ini, landas pacu Lanud Iswahyudi, Madiun, kemudian turut diperpanjang.

Proses pembeliannya memang tidak mulus. Sejak dikemukakan, baru terealisasi 1 Juli 1961, ketika TU-16 pertama mendarat di Kemayoran. Ketika lobi pembeliannya tersekat dalam ketidakpastian, Cina pernah dilirik agar membantu menjinakkan “beruang merah”. Caranya, Cina diminta menalangi dulu pembeliannya. Namun usaha ini sia-sia, karena neraca perdagangan Cina-Rusia lagi terpuruk. Sebaliknya, “Malah Cina menawarkan Tu-4m Bull-nya,” tutur Salatun. Misi Salatun ke Cina sebenarnya mencari tambahan B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.

Jadi, pemilihan TU-16 memperkuat AURI bukan semata alat diplomasi. Penyebab lain adalah embargo senjata Amerika. Padahal saat bersamaan, AURI sangat membutuhkan suku cadang B-25 dan P-51 untuk menghantam AUREV.

Tahun 1960, Salatun berangkat ke Moskow bersama delegasi pembelian senjata dipimpin Jenderal AH Nasution. Sampai kedatangannya, delegasi belum tahu, apakah TU-16 sudah termasuk dalam daftar persenjataan yang disetujui Soviet. Perintah Bung Karno hanya, cari senjata. Apa yang terjadi. TU-16 termasuk dalam daftar persenjataan yang ditawarkan Uni Soviet. Betapa kagetnya delegasi.

“Karena TU-16 kami berikan kepada Indonesia, maka pesawat ini akan kami berikan juga kepada negara sahabat lain,” ujar Menlu Mikoyan. Mulai detik itu, Indonesia menjadi negara ke empat di dunia yang mengoperasikan pembom strategis selain Amerika, Inggris dan Rusia sendiri. Hebat lagi, AURI pernah mengusulkan untuk mengecat bagian bawah Tu-16 dengan Anti Radiation Paint, cat khusus anti radiasi bagi pesawat pembom berkemampuan nuklir. “Gertak musuh saja, AURI kan tak punya bom nuklir,” tutur Salatun. Usul tersebut ditolak.



Segera AURI mempersiapkan awaknya. Puluhan kadet dikirim ke Chekoslovakia dan Rusia. Mereka dikenal dengan angkatan Cakra I, II, III, Ciptoning I dan Ciptoning II. Mulai tahun 1961, ke-24 TU-16 mulai datang bergiliran diterbangkan awak Indonesia maupun Rusia. Pesawat pertama yang mendarat di Kemayoran dikemudikan oleh Komodor Udara (sekarang Marsda TNI Pur Cok Suroso Hurip). Mendapat perhatian terutama dari kalangan intel Amerika.

Kesempatan pertama intel-intel AS melihat TU-16 dari dekat ini, memberikan kesempatan kepada mereka memperkirakan kapasitas tangki dan daya jelajahnya. Pengintaian terus dilakukan AS sampai saat TU-16 dipindahkan ke Madiun. U-2 pun mereka libatkan. Wajar, di samping sebagai negara pertama yang mengoperasikan TU-16 di luar Rusia, kala itu beraneka ragam pesawat blok Timur lainnya berjejer di Madiun.

Senjata Rudal kennel
Kennel memang tidak pernah ditembakkan. Tapi ujicoba pernah dilakukan sekitar tahun 1964-1965. Kennel ditembakkan ke sebuah pulau karang di tengah laut, persisnya antara Bali dan Ujung Pandang. “Nama pulaunya Arakan,” aku Hendro Subroto, mantan wartawan TVRI. Dalam ujicoba, Hendro mengikuti dari sebuah C-130 Hercules bersama KSAU Omar Dhani. Usai peluncuran, Hercules mendarat di Denpasar. Dari Denpasar, dengan menumpang helikopter Mi-6, KSAU dan rombongan terbang ke Arakan melihat perkenaan. “Tepat di tengah, plat bajanya bolong,” jelas Hendro.

Diuber Javelin
Lebih tepat, di masa Dwikoralah awak TU-16 merasakan ketangguhan TU-16. Apa pasal? Ternyata, berkali-kali pesawat ini dikejar pesawat tempur Inggris. Rupanya, Inggris menyadap percakapan AURI di Lanud Polonia Medan dari Butterworth, Penang.

“Jadi mereka tahu kalau kita akan meluncur,” ujar Marsekal Muda (Pur) Syah Alam Damanik, penerbang TU-16 yang sering mondar-mandir di selat Malaka.

Damanik menuturkan pengalamannya di kejar Javelin pada tahun 1964. Damanik terbang dengan ko-pilot Sartomo, navigator Gani dan Ketut dalam misi kampanye Dwikora.

Pesawat diarahkan ke Kuala Lumpur, atas saran Gani. Tidak lama kemudian, dua mil dari pantai, Penang (Butterworth) sudah terlihat. Mendadak, salah seorang awak melaporkan bahwa dua pesawat Inggris take off dari Penang. Damanik tahu apa yang harus dilakukan. Dia berbelok menghindar. “Celaka, begitu belok, nggak tahunya mereka sudah di kanan-kiri sayap. Cepat sekali mereka sampai,” pikir Damanik. Javelin-Javelin itu rupanya berusaha menggiring TU-16 untuk mendarat ke wilayah Singapura atau Malaysia (forced down). Dalam situasi tegang itu, “Saya perintahkan semua awak siaga. Pokoknya, begitu melihat ada semburan api dari sayap mereka (menembak), kalian langsung balas,” perintahnya. Perhitungan Damanik, paling tidak sama-sama jatuh. Anggota Wara (wanita AURI) yang ikut dalam misi, ketakutan. Wajah mereka pucat pasi.

Dalam keadaan serba tak menentu, Damanik berpikir cepat. Pesawat ditukikkannya untuk menghindari kejaran Javelin. Mendadak sekali. “Tapi, Javelin-Javelin masih saja nempel. Bahkan sampai pesawat saya bergetar cukup keras, karena kecepatannya melebihi batas (di atas Mach 1).” Dalam kondisi high speed itu, sekali lagi Damanik menunjukkan kehebatannya. Ketinggian pesawat ditambahnya secara mendadak. Pilot Javelin yang tidak menduga manuver itu, kebablasan. Sambil bersembunyi di balik awan yang menggumpal, Damanik membuat heading ke Medan.

Segenap awak bersorak kegirangan. Tapi kasihan yang di ekor (tail gunner). Mereka berteriak ternyata bukan kegirangan, tapi karena kena tekanan G yang cukup besar saat pesawat menanjak. Akibat manuver yang begitu ketat saat kejar-kejaran, perangkat radar TU-16 jadi ngadat. “Mungkin saya terlalu kasar naiknya. Tapi nggak apa-apa, daripada dipaksa mendarat oleh Inggris,” ujar Damanik mengenang peristiwa itu.

Lain lagi cerita Sudjijantono. “Saya ditugaskan menerbangkan TU-16 ke Medan lewat selat Malaka di Medan selalu disiagakan dua TU-16 selama Dwikora. Satu pesawat terbang ke selatan dari Madiun melalui pulau Christmas (kepunyaan Inggris), pulau Cocos, kepulauan Andaman Nikobar, terus ke Medan,” katanya. Pesawat berikutnya lewat jalur utara melalui selat Makasar, Mindanao, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Laut Cina selatan, selat Malaka, sebelum akhirnya mendarat di Medan. Ada juga yang nakal, menerobos tanah genting Kra.

Walau terkesan “gila-gilaan”, misi ini tetap sesuai perintah. Bung Karno memerintahkan untuk tidak menembak sembarangan. Dalam misi berbau pengintaian ini, beberapa sempat ketahuan Javelin. Tapi Inggris hanya bertindak seperti “polisi”, untuk mengingatkan TU-16 agar jangan keluar perbatasan.

Misi ala stealth
Masih dalam Dwikora. Pertengahan 1963, AURI mengerahkan tiga TU-16 versi bomber (Badger A) untuk menyebarkan pamflet di daerah musuh. Satu pesawat ke Serawak, satunya ke Sandakan dan Kinibalu, Kalimantan. Keduanya wilayah Malaysia. Pesawat ketiga ke Australia. Khusus ke Australia, TU-16 yang dipiloti Komodor Udara (terakhir Marsda Purn) Suwondo bukan menyebarkan pamflet. Tapi membawa peralatan militer berupa perasut, alat komunikasi dan makanan kaleng. Skenarionya, barang-barang itu akan didrop di Alice Springs, Australia (persis di tengah benua), untuk menunjukkan bahwa AURI mampu mencapai jantung benua kangguru itu. “Semacam psi-war buat Australia,” ujar Salatun.

Padahal Alice Springs ditongkrongi over the horizon radar system. “Untuk memantau seluruh kawasan Asia Pasifik,” ujar Marsma (Pur) Zainal Sudarmadji, pilot Tu-16 angkatan Ciptoning II.

Walau begitu, misi tetap dijalankan. Pesawat diberangkatkan dari Madiun sekitar jam satu malam. “Pak Wondo (pilot pesawat-Red) tak banyak komentar. Beliau hanya minta, kita kumpul di Wing 003 pukul 11 malam dengan hanya berbekal air putih,” ujar Sjahroemsjah, gunner TU-16 yang baru tahu setelah berkumpul bahwa mereka akan diterbangkan ke Australia.
Briefing berjalan singkat. Pukul 01.00 WIB, pesawat meninggalkan Madiun. Pesawat terbang rendah guna menghindari radar. Sampai berhasil menembus Australia dan menjatuhkan bawaan, tidak terjadi apa-apa. Pesawat pencegat F-86 Sabre pun tak terlihat aktivitasnya, rudal anti pesawat Bloodhound Australia yang ditakuti juga “tertidur”. Karena Suwondo berputar agak jauh, ketika tiba di Madiun matahari sudah agak tinggi. “Sekitar pukul delapan pagi,” kata Sjahroemsjah.

Penyusupan ke Sandakan, dipercayakan ke Sudjijantono bersama Letnan Kolonel Sardjono (almarhum). Mereka berangkat dari Iswahyudi (Madiun) jam 12 malam. Pesawat membumbung hingga 11.000 m. Menjelang adzan subuh, mereka tiba di Sandakan. Lampu-lampu rumah penduduk masih menyala. Pesawat terus turun sampai ketinggian 400 m. Persis di atas target (TOT), ruang bom (bomb bay) dibuka. Seperti berebutan, pamflet berhamburan keluar disedot angin yang berhembus kencang.

Usai satu sortie, pesawat berputar, kembali ke lokasi semula. “Ternyata sudah gelap, tidak satupun lampu rumah yang menyala,” kata Sudjijantono. Rupanya, aku Sudjijantono, Inggris mengajari penduduk cara mengantisipasi serangan udara. Akhirnya, setelah semua pamflet diserakkan, mereka kembali ke Iswahyudi dan mendarat dengan selamat pukul 08.30 pagi. Artinya, kurang lebih sepuluh jam penerbangan. Semua TU-16 kembali dengan selamat.

Dapat dibayangkan, pada dekade 60-an AURI sudah sanggup melakukan operasi-operasi penyusupan udara tanpa terdeteksi radar lawan. Kalaulah sepadan, bak operasi NATO ke Yugoslavia dengan pesawat silumannya.

Akhir Perjalanan Sang Bomber
Sungguh ironis nasib akhir TU-16 AURI. Pengadaan dan penghapusannya lebih banyak ditentukan oleh satu perkara: politik! Bayangkan, “AURI harus menghapus seluruh armada TU-16 sebagai syarat mendapatkan F-86 Sabre dan T-33 T-bird dari Amerika,” ujar Bagio Utomo, mantan anggota Skatek 042 yang mengurusi perbaikan TU-16. Bagio menuturkan kesedihannya ketika terlibat dalam tim “penjagalan” TU-16 pada tahun 1970.



Dokumen CIA (central intelligence agency) sebagaimana dikutip Audrey R Kahin dan George McT Kahin dalam bukunya “Subversi Sebagai Politik Luar Negeri” menulis: “Belanja senjata RI mencapai 229. 395.600 dollar AS. Angka itu merupakan akumulasi perdagangan pada tahun 1958. Sementara dari Januari hingga Agustus 1959 saja, nilainya mencapai 100.456.500 dollar AS. Dari jumlah ini, AURI kebagian 69.912. 200 dollar AS, yang di dalamnya termasuk pemesanan 20 pesawat pembom.”

Tidak dapat dipungkiri, memang, TU-16 pembom paling maju pada zamannya. Selain dilengkapi peralatan elektronik canggih, badannya terbilang kukuh. “Badannya tidak mempan dibelah dengan kampak paling besar sekalipun. Harus pakai las yang besar. Bahkan, untuk membongkar sambungan antara sayap dan mesinnya, laspun tak sanggup. Karena campuran magnesiumnya lebih banyak ketimbang alumunium,” ujar Bagio.

Namun TU-16 bukan tanpa cacat. Konyol sekali, beberapa bagian pesawat bisa tidak cocok dengan spare pengganti. Bahkan dengan spare yang diambil secara kanibal sekalipun. “Kita terpaksa memakai sistem kerajinan tangan, agar sama dan pas dengan kedudukannya. Seperti blister (kubah kaca), mesti diamplas dulu,” kenang Bagio lagi. Pengadaan suku cadang juga sedikit rumit, karena penempatannya yang tersebar di Ujung Pandang dan Kemayoran.



Sebenarnya, persediaan suku cadang Tu-16 yang dipasok dari Rusia, memadai. Tapi urusan politik membelitnya sangat kuat. Tak heran kemudian, usai pengabdiannya selama Trikora – Dwikora dan di sela-sela nasibnya yang tak menentu pasca G30S/PKI, AURI pernah bermaksud menjual armada TU-16-nya ke Mesir. Namun hal ini tidak pernah terlaksana.

Begitulah nasib TU-16. Tragis. Farewell flight, penerbangan perpisahannya, dirayakan oleh para awak TU-16 pada bulan Oktober 1970 menjelang HUT ABRI. Dijejali 10 orang, TU-16 bernomor M-1625 diterbangkan dari Madiun ke Jakarta. “Sempat ke sasar waktu kita cari Monas,” ujar Zainal Sudarmadji. Saat mendarat lagi di Madiun, bannya meletus karena awaknya sengaja mengerem secara mendadak.

Patut diakui, keberadaan pembom strategis mampu memberikan efek psikologis bagi lawan-lawan Indonesia saat itu. Bahkan, sampai pertengahan 80-an, TU-16 AURI masih dianggap ancaman oleh AS. “Lah, wong nama saya masih tercatat sebagai pilot TU-16 di ruang operasi Subic Bay, kok,” ujar Sudjijantono, angkatan Cakra 1.

Atraksi Ketangguhan Sang Bomber Dalam Persiapan Operasi Trikora
Saat Trikora dikumandangkan, angkatan perang Indonesia sedang berada pada “puncaknya”. Lusinan persenjataan Blok Timur dimiliki. Mendadak AURI berkembang jadi kekuatan terbesar di belahan bumi selatan. Dalam mendukung kampanye Trikora, AURI menyiapkan satu flight TU-16 di Morotai yang hanya memerlukan 1,5 jam penerbangan dari Madiun. “Kita siaga 24 jam di sana,” ujar Kolonel (Pur) Sudjijantono, salah satu penerbang TU-16. “Sesekali terbang untuk memanaskan mesin. Tapi belum pernah membom atau kontak senjata dengan pesawat Belanda,” ceritanya. Saat itu, dikalangan pilot TU-16 punya semacam target favorit, yaitu kapal induk Belanda Karel Doorman.

Selain memiliki 12 TU-16 versi bomber (Badger A) yang masuk dalam Skadron 41, AURI juga memiliki 12 TU-16 KS-1 (Badger B) yang masuk dalam Skadron 42 Wing 003 Lanud Iswahyudi. Versi ini mampu membawa sepasang rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Rudal inilah yang ditakuti Belanda. Karena hantaman enam Kennel, mampu menenggelamkan Karel Doorman ke dasar samudera. Sayangnya, hingga Irian Barat diselesaikan melalui PBB atas inisiatif pemerintah Kennedy, Karel Doorman tidak pernah ditemukan TU-16.

Lain lagi kisah Idrus Abas (saat itu Sersan Udara I), operator radio sekaligus penembak ekor (tail gunner) Tu-16. Bulan Mei 1962, saat perundingan RI-Belanda berlangsung di PBB, merupakan saat paling mendebarkan. Awak TU-16 disiagakan di Morotai. Dengan bekal radio transistor, mereka memonitor hasil perundingan. Mereka diperintahkan, “Kalau perundingan gagal, langsung bom Biak,” ceritanya mengenang. “Kita tidak tahu, apakah bisa kembali atau tidak setelah mengebom,” tambah Sjahroemsjah yang waktu itu berpangkat Sersan Udara I, rekan Idrus yang bertugas sebagai operator radio/tail gunner. Istilahnya, one way ticket operation.



Namun para awak TU-16 di Morotai ini, tidak akan pernah melupakan jerih payah ground crew-nya. “Yang paling susah kalau isi bahan bakar. Bayangkan untuk sebuah TU-16, dibutuhkan sampai 70 drum bahan bakar. Kadang ngangkutnya tidak pakai pesawat, jadi langsung diturunkan dari kapal laut. Itupun dari tengah laut. Makanya, sering mereka mendorong dari tengah laut,” ujar Idrus. Derita awak darat itu belum berakhir, lantaran untuk memasukkan ke tangki pesawat yang berkapasitas kurang lebih 45.000 liter itu, masih menggunakan cara manual. Di suling satu per satu dari drum hingga empat hari empat malam. Hanya sebulan TU-16 di Morotai, sebelum akhirnya ditarik kembali ke Madiun usai Trikora.
loading...
 
Copyright © 2014 Rasendriya Bercerita. Designed by OddThemes