Dulu sejak jaman SMP, sering sekali saya mendengar tentang Gunung Puntang walaupun hanya dari namanya saja. Yang tergambar di benak saya waktu itu, tempat ini sering dijadikan tempat pelantikan ekstrakurikuler, atau tempat Camp untuk OSPEK. Maklum imajinasi anak SMP memang menggelikan, saya pun menertawakan diri sendiri jika ingat akan hal itu. Selain Puntang, Gunung Malabar juga sering saya dengar sejak belajar Geografi di kelas 4 SD. Katanya terdapat bekas Bangunan Stasiun Radio di sana. Tetapi seiring berjalannya waktu saya coba mencari tahu lebih tentang Gunung yang merupakan Rangkaian dari Gunung Malabar ini. Ya, ilmu tanpa praktek serasa hambar bagi saya. Begitu juga dengan cerita-cerita orang tentang Gunung Puntang terasa kurang asik jika belum pernah berkunjung ke sana. Akhirnya demi melepas rasa penasaran, saya coba untuk menjelajah, hiking ke Gunung Puntang di tanggal 17 September 2012 lalu.
Pagi di kaki gunung Puntang, sinar mentari hangat menyusup, merambat lurus di sela pepohonan |
Gunung ini letaknya di Selatan Bandung, di Kecamatan Banjaran, Kab. Bandung. Jika di ukur, jaraknya sekitar 20 km dari tempat tinggal saya di Ciparay. Itu sebabnya saya penasaran dengan Gunung ini.
Bersama rekan-rekan kerja di kantor saya coba menjelajahi Gunung ini di hari Senin. Memang aneh rasanya jalan-jalan di hari Senin, tapi kami mencoba untuk membuat quotes baru "I LOVE MONDAY" karena kebetulan Senin itu kami semua sedang off kerja.
Penjelajahan dimulai dari pertigaan Banjaran- Pangalengan. Kita semua berjumlah 6 orang berkumpul dengan menggunakan sepeda motor menuju rumah Rendi di Desa Cimaung, Banjaran sebagai checkpoint. Di sana kita menyiapkan bekal dan perlengkapan agar kita tidak mengalami kesulitan di Puntang. Tujuan utama sebenarnya adalah menuju Curug Siliwangi. Namun untuk menuju ke sana kita harus melewati medan yang sulit dan juga tidak ada satupun dari kami yang tau persis jalan menuju ke sana.
Akhirnya kami memutuskan untuk menuju lokasi terlebih dahulu sebelum memikirkan jalan menuju Curug Siliwangi. Lokasi yang kami maksud adalah Perkemahan Puntang yang terletak di kaki Gunung Puntang. Dari jalan Raya Banjaran Pangalengan kita berbelok menuju jalan Raya Puntang, lalu berjalan menanjak dengan aspal mulus menempuh jarak sekitar 8 km menuju kaki Gunung Puntang. Disinilah checkpoint kedua, setelah membeli tiket masuk, kami memarkirkan sepeda motor di dekat warung perkemahan lalu mulai menjajal trek menuju Gunung Puntang.
Matahari mulai meninggi, memancarkan sinar hangat tepat ke arah tubuh kami. Di kejauhan nampak reruntuhan bangunan. Yang satu berupa kolam yang sudah kering, hanya tinggal semak dan rerumputan menutupi sisa-sisa bangunannya. Sedangkan yang satu lagi berupa dinding bangunan yang hanya tinggal puing-puingnya saja. Seorang temanku mengatakan itu adalah kolam Cinta. Sedangkan ketika ditanya bangunan yang satunya lagi, dia tidak mengetahuinya. Lalu baru saya ketahui setelahnya bahwa itu adalah bekas bangunan Stasiun Radio Malabar. Stasiun ini terkenal hingga keseluruh dunia pada zamannya. Sedangkan kolam itu adalah kolam yang terletak tepat di depan Stasiun Radio Malabar. Bentuknya memang seperti hati sehingga orang-orang sekarang lebih mengenalnya sebagai kolam cinta. Tetapi sebenarnya bentuknya bukanlah menyerupai hati, tetapi merupakan arah panah yang menunjuk langsung ke arah Negeri Belanda. Memang dulu Stasiun ini digunakan untuk menjalin komunikasi antara Negeri Belanda dan Wilayah Hindia (Indonesia) sehingga dikenalah lagu "Halo-Halo Bandung" yang merupakan kalimat pertama yang diucapkan ketika Stasiun Radio ini difungsikan.
Foto Bangunan Stasiun Radio Malabar ketika masih berdiri. Terlihat kolam didepannya masih terisi air dengan air mancur di tengahnya |
Bangunan ini sekarang termasuk dalam wilayah kompleks perkemahan Puntang. Terletak di lembah yang diapit dua Gunung, yakni Gunung Puntang di kiri dan Gunung Halimun di kanan. Keduanya nampak menjulang tinggi, menantang untuk didaki diiringi suara binatang di pagi hari. Udara masih sejuk ketika kami memulai perjalanan tepat pukul 8 pagi. Kami putuskan untuk berjalan menuju Curug Siliwangi dengan menyusuri sungai Cigeureuh karena menurut logika kami, aliran sungai ini berasal dari Curug Siliwangi. Padahal setelah pulang di sore harinya baru kami ketahui sebenarnya kami menempuh jalan yang salah karena aliran sungai ini tidak membawa kami menuju Curug Siliwangi :p
air sungai nya masih jernih, belum tercemar apapun |
menyusuri aliran sungai menuju puncak gunung, lelah tak terasa dikalahkan segarnya air pegunungan |
sesekali rintangan menghalangi, perjalanan bervariasi mulai dari jalur sungai, darat, hingga menanjak ke puncak bukit |
Terasa dingin menyegarkan ketika pertama kali mencelupkan kaki ke aliran sungai yang jernih ini. Sepatu kets yang kupakai harus rela basah kuyup tercelup air dingin. Berjalan lincah diantara batu-batu yang licin diiringi gemericik air yang sungguh menyegarkan membuat fresh pikiran. Sesekali dalam perjalanan yang menanjak melawan aliran sungai ini saya membasuhkan air ke wajah. Dalam hati sudah tak tahan ingin mandi, tetapi tujuan awal Curug Siliwangi belum dicapai. Perjalanan berjalan kaki menyusuri sungai ini tak terasa berlangsung selama 3 jam :D
Ulat yang nampak cantik di antara semak pepohonan |
airnya bisa langsung di minum lho, segerr.. |
musti pilih jalur mana yang aman dilewatin :D |
saya ga tau nama latin tanaman ini, yang jelas cantik aja buat difoto.. |
rehat sejenak mengumpulkan semangat |
setelah tiga jam berjalan kaki, mari menghela nafas |
bening..bening |
Pukul 11.00 kami memutuskan beristirahat sejenak karena jalan didepan sudah semakin berbahaya untuk dilalui. Semak belukar dengan duri-duri beracun yang membuat kulit gatal semakin rapat menutupi jalan di depan. Aliran sungai sudah tidak mungkin dilewati karena terhalang tebing air terjun yang cukup tinggi. Di sini mulailah kami sadar bahwa kami tersesat :D
Kami hanya tertawa geli karena mungkin terlalu lelah dan hanya bisa menertawakan ekspresi konyol kelelahan kami masing-masing :P Akhirnya kami putuskan untuk coba mencari jalan lagi sampai tengah hari. Karena sebenarnya kami masih yakin bisa sampai ke curug Siliwangi berbekal kabar bahwa jarak Curug Siliwangi itu sekitar 3 jam perjalanan jalan kaki dari pintu masuk Puntang.
makin ke atas sungai makin bercabang dan makin bingung mencari jalan |
Perjalanan beralih melalui jalan darat dengan menyusuri pinggiran sungai. Kami harus berusaha naik memanjat dengan berpegangan ranting dan rotan karena Sungai tempat tadi kami berjalan di apit dua lembah. Dengan sepatu basah dan licin kami berusaha memanjat tebing yang lumayan tinggi. Merangkak menjadi pilihan terakhir demi mencapai tebing di atas. Dan dengan nafas terengah-engah kami saling menertawakan kondisi tubuh masing-masing :D
Perjalanan kini terasa miring karena kami berjalan di pinggir jurang dengan sungai yang tadi kami susuri di dasarnya. Perjalanan bukannya lebih mudah, malah lebih sulit. Pepohonan dan semak belukar sangat rapat sehingga kami harus membuka jalan baru, menebang semak di hadapan kami.
masih rimbun oleh semak belukar |
Tepat menginjak waktu Dzuhur perjalanan berhenti. Kami yang sudah mulai kelelahan mencari tempat untuk beristirahat. Sampailah disuatu tempat yang agak renggang dari pepohonan sehingga kami bisa berembuk membuka bekal masing-masing. Yang ada hanyalah beberapa potong roti, tahu, sedikit nasi dan beberapa buah jambu batu. Menu yang kurang ideal untuk mengisi energi untuk perjalanan pulang, tetapi apa daya perut sudah lapar, semua makanan pun dihajar :D
Seraya menyantap bekal kami bercerita apa yang kami alami masing-masing dan menertawakannya bersama-sama. Ya, sungguh menyenangkan perjalanan kali ini, walau curug Siliwangi itu tak kami temui tapi kesenangan dan keceriaan bisa kami dapat dimana saja.
Tetapi tak lengkap rasanya jika kami pulang tanpa merasakan segarnya air pegunungan. Akhirnya setelah makan dan bersiap pulang kami putuskan untuk memutar arah ke jalan yang tadi kami lewati, menuju tebing tempat air terjun mini berada.
air terjun mini yang menyegarkan |
Air terjun mini ini nampak menggoda untuk disinggahi, tak pikir panjang kami pun berebut untuk dihujani guyuran air dingin dari air terjun ini. Rasanya dihujani air terjun setinggi ini sama seperti dipukuli 10 gadis cantik, sakit tetapi menyenangkan :D
Ooh perjalanan di Gunung Puntang kali ini sangat menyenangkan! Tidak percaya? Coba saja sendiri!
Post a Comment