BREAKING NEWS
loading...
loading...
Showing posts with label Danau. Show all posts
Showing posts with label Danau. Show all posts

Sunday, 19 April 2015

Jembatan Cinta di Situ Cileunca Pangalengan, Kabupaten Bandung

Sebelumnya saya ingin coba anda mengingat kembali tempat wisata mana saja yang pernah anda kunjungi di wilayah Bandung Selatan?

Daerah Bandung Selatan memiliki dua area wisata utama yang sudah terkenal yakni wilayah kecamatan Ciwidey dan kecamatan Pangalengan. Jika anda selama ini lebih sering berkunjung ke wilayah Ciwidey, maka cobalah suatu hari untuk berkunjung ke wilayah Pangalengan yang juga berada di ketinggian dan memiliki udara yang tak kalah sejuk dibanding Ciwidey. Daerah Pangalengan memiliki beberapa tempat wisata menarik untuk dikunjungi. Selain menarik, sudah barang tentu tempat wisata di Bandung ini murah meriah dan mudah dijangkau dari kota Bandung. Dengan jarak hanya sekitar 50 kilometer dari pusat kota Bandung, tempat ini dapat dijangkau dengan waktu tempuh kurang dari dua jam dengan kendaraan pribadi.

Salah satu tempat wisata alam menarik di wilayah Pangalengan ini adalah Situ Cileunca. Situ berarti Danau dalam bahasa Sunda dan Cileunca merujuk pada pohon Leunca yang konon dulunya banyak terdapat di sekitar wilayah danau ini. Situ Cileunca merupakan danau buatan yang pembangunannya berlangsung antara tahun 1919-1926. Konon pembangunan Situ ini memakan waktu lama karena luasnya wilayah danau dan penggunaan alat pembangunannya yang hanya menggunakan halu atau alat penumbuk padi.

Selama 7 tahun pembangunannya ini, Situ Cileunca mengumpulkan air dari aliran sungai Cileunca dan membentuk sebuah bendungan bernama Dam Pulo. Pada akhirnya Situ Cileunca ini memiliki luas sekitar 180 hektar dan menjadi cadangan sumber air bersih bagi warga di kota Bandung dengan debit sekitar 9.89 juta meter kubik.

Situ ini berada di ketinggian 1550 meter diatas permukaan laut. Bisa dibayangkan bagaimana sejuknya wilayah ini di tengah hari sekalipun. Saya sering melewati wilayah ini di malam hari ketika hendak berkunjung ke Pantai Rancabuaya melewati jalur Pangalengan-Cisewu-Rancabuaya. Pada tengah malam dan dini hari wilayah ini nampak begitu sepi dan dingin. Yang tersisa hanya suara binatang malam dan penampakan pantulan lampu di permukaan danau dari bangunan di sekitar danau ini.

jembatan cinta Situ Cileunca via kipsaint.com

Situ Cileunca ini memisahkan dua wilayah desa yakni Desa Wanasari dan Desa Pulosari. Karena luasnya wilayah Danau ini, maka seringkali warga dari kedua desa yang terpisah oleh danau ini harus memutar menelusuri jalan di pinggiran danau untuk dapat menuju desa lainnya. Karena dirasa terlalu jauh, maka warga masyarakat berinisiatif membangun jembatan yang membelah danau ini pada jarak terdekatnya sehingga warga dari desa Wanasari bisa dengan cepat dan mudah untuk menuju desa Pulosari, begitu juga sebaliknya. Jembatan yang cukup kokoh karena terbuat dari beton dan di cat merah di bagian pembatas sisi kiri dan kanannya ini bisa dilewati oleh dua sepeda motor dari jalur berlawanan. Warna merah yang kontras di tengah indahnya danau ini menambah keindahan dari Situ Cileunca ini. Di sore hari seringkali jembatan ini dijadikan tempat berkumpul mempertemukan dua muda mudi dari kedua desa. Karena alasan inilah jembatan ini kemudian dikenal dengan Jembatan Cinta.

Minggu lalu ditemani Yunni saya coba berkunjung ke Situ Cileunca ini. Berangkat di pagi hari  karena ingin menikmati segarnya udara wilayah Pangalengan, kami berdua sudah melaju menuju daerah Selatan Bandung pada jam 7 pagi. Walaupun jalanan dari Ujungberung sudah nampak ramai melewati jalan Soekarno Hatta, lalu berbelok ke Selatan di perempatan Buah Batu, namun tidak ada kemacetan berarti hingga wilayah pasar Banjaran. Lalu lintas disini memang sedikit semrawut karena kesibukan pasar dan terminal bayangan. Setelah melewati pasar Banjaran kita berbelok arah ke kiri di wilayah kamasan menuju jalan Raya Banjaran-Pangalengan. Jalanan disini mulai mendaki dan akan mulai berkelok kelok setelah melewati kecamatan Cimaung. Jalanan tidak akan terlalu sulit ditempuh di pagi hari karena jalan masih kosong dan tidak terlalu banyak truk yang lewat. Lain halnya jika siang hari, anda harus mengantri beriringan dengan kendaraan lain karena jalur yang menanjak dan sempit. Apalagi jika ada truk yang tidak kuat menanjak, anda harus bersabar untuk merayap di belakangnya.

Sesampainya di wilayah Pangalengan, anda akan menemukan sebuah bunderan yang memisahkan jalan ke kiri ke arah perkebunan Malabar dan Cibolang sedangkan untuk menuju ke Situ Cileunca anda harus mengambil arah jalan ke kanan. Dari sini jalanan sedikit menurun dan beberapa kemudian sampailah anda di wilayah situ Cileunca.

Ada dua alternatif bagi anda yang ingin menikmati keindahan Situ Cileunca ini. Pertama anda bisa memasuki wilayah gerbang Utama Objek Wisata Situ Cileunca. Dengan membayar tiket sebesar Rp 5000/orang anda bisa memasuki areal wisata ini. Karena saya menggunakan sepeda motor ketika itu saya harus membayar tiket sesuai dengan tulisan yang tertera yakni Rp 14.000 (untuk sepeda motor + penumpang).



Dia areal utama ini anda bisa menikmati Situ Cileunca dari pinggir danau, terdapat pula warung-warung makanan dan juga perahu yang bisa disewa untuk menyebrangi Danau ini. Harga yang ditawarkan untuk perahu adalah sekitar Rp 75.000 / perahu yang bisa diisi sekitar 10 orang penumpang sehingga bila terisi penuh maka harga yang dipatok sekitar Rp 7500 / orang.



Bagi anda yang menyukai wisata adventure, di Situ Cileunca ini juga terdapat wisata Arum Jeram menelusuri aliran sungai Cileunca yang memiliki arus cukup deras. Terdapat juga wisata outbond dan juga permainan Paint Ball.

Setelah puas menikmati Situ Cileunca dari areal ini, kami berdua mencoba untuk berkunjung ke Jembatan Cinta di daerah Dam Pulo. Untuk menuju ke sana, saya harus kembali berbalik arah ke arah Bandung karena Jembatan Cinta ini terletak sebelum Pintu Masuk Utama Objek Wisata Situ Cileunca ini. 



Patokan menuju Jembatan Cinta ini adalah anda harus berhenti di perempatan sebelum memasuki areal Situ Cileunca. Dari perempatan kecil ini anda berbelok ke kiri dan menelusuri pematang atau pinggiran Situ Cileunca yang berupa bendungan. Ketika menemukan lapangan sepak bola, berbeloklah ke kanan. Biasanya disini terdapat Remaja Karang Taruna yang menjaga parkir motor anda dengan aman. Anda harus membayar uang keamanan sebesar Rp 2000. Anda juga bisa membawa sepeda motor anda masuk menyusuri pinggiran danau menuju Jembatan Cinta. Di hari libur jembatan ini akan sangat ramai dikunjungi wisatawan.



Hari masih siang ketika kami sudah puas menikmati Situ Cileunca dan Jembatan Cinta-nya. Penasaran dengan pemandangan di sekitar Situ Cileunca yang menghijau saya coba untuk berkeliling menyusuri pinggiran Situ Cileunca. Wilayah Situ Cileunca ini dikelilingi oleh dua perkebunan teh yakni Perkebunan Teh Malabar dan Perkebunan Teh Cukul. Perkebunan Teh Cukul ini terletak di jalur utama Pangalengan-Cisewu-Rancabuaya, jalur alternatif Bandung - Garut via Pangalengan. Setelah tengah hari saya meneruskan perjalanan menuju perkebunan Cukul


Jalur menuju Perkebunan Cukul ini sangat baik, mulus, dan sepi, sehingga banyak juga pecinta Cornering latihan berbelok sambil rebahan ala Moto GP di sini. Saya juga tak mau kalah memacu motor saya ala Moto GP di sini. Tertarik mencoba? hehe




Namun sayang, banyaknya pecinta Cornering dengan knalpot berisik tersebut membuat keheningan di tempat ini terganggu. Layaknya perkebunan teh lain, tempat ini juga memberikan sensasi keheningan 0 desibel yang jarang anda temukan di daerah perkotaan di tengah malam sekalipun.

Monday, 22 April 2013

Jalan-Jalan ke Situ Cisanti, Hulu Sungai Citarum, dari Sinilah Aliran Citarum Berasal

Hampir semua warga Jawa Barat mengenal sungai Citarum, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Bandung. Betapa tidak, sungai ini sering meluap dikala musim penghujan dan membanjiri wilayah Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang. Selain itu, sungai ini menjadi korban dari para pengusaha yang tak bertanggung jawab yang menitipkan limbah dari pabrik-pabriknya ke sungai ini. Akibatnya ribuan meter kubik bahan kimia mengalir tiap jam bersamanya menuju Situ Saguling di wilayah Cianjur.

Namun tahukah anda dari manakah sungai ini berasal?

Pemandangannya begitu indah, menghijau di kaki gunung Wayang, terletak 30 km dari Ciparay, atau sekitar 60 km dari Bandung. Tempat ini masih belum dikenal oleh masyarakat Bandung
Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat yang mengalir dari hulunya di Situ Cisanti, Kabupaten Bandung, tepatnya di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Letaknya di kaki Gunung Wayang, sekitar 60 km di Selatan Kota Bandung. Terakhir kali saya mengunjungi tempat ini di bulan Nopember 2012 tepat di saat-saat terakhir musim kemarau.

Untuk menuju tempat ini ada dua pilihan jalan yang bisa ditempuh, pertama lewat jalur Ciparay-Pacet-Kertasari atau lewat jalur Pangalengan-Santosa-Kertasari. Namun karena akses jalan dari Bandung lebih dekat ke Jalur Ciparay, maka sebaiknya jalur Ciparay lah yang dipilih.

Waktu itu tepat hari Jumat, 16 Nopember 2012 ketika saya mengunjungi tempat ini bersama dua orang teman. Start dari rumah saya di daerah Ciparay sekitar jam setengah sembilan pagi. Jarak dari rumah saya di Ciparay cukup dekat, sekitar 30 km atau satu jam perjalanan dengan sepeda motor karena jalan yang ditempuh kebanyakan menanjak dengan kondisi jalan yang tidak terlalu baik. Dari Alun-alun Ciparay perjalanan berlanjut dengan mengambil jalan ke kanan menuju kecamatan Pacet. Di Alun-alun Ciparay akan ada penunjuk arah menuju Pacet, yakni ke arah Selatan menyusuri jalan Raya Ciparay - Pacet. Jika anda ingin menggunakan angkutan umum, anda bisa naik angkot jurusan Ciparay - Pacet, tetapi karena saya belum pernah mencobanya, saya tidak terlalu hapal berapa ongkos yang harus dikeluarkan jika naik angkutan ini dari Ciparay sampai Pacet.

Dari Ciparay, perjalanan akan ditemani hamparan sawah di kanan jalan dengan Gunung Malabar yang menjulang tinggi di kejauhan. Di sepanjang jalan ini juga terdapat banyak kolam pembibitan ikan air tawar, mulai dari ikan mas, mujair, sampai ikan Lele pun ada. Atau jika anda ingin mencari tempat untuk memancing ikan, disini pun banyak kolam-kolam yang disewakan untuk memancing ikan.

Perjalanan di jalur ini, kami melewati jalan yang lurus dengan sedikit menanjak. Kami melewati jalur ini  dengan santai karena tidak ada yang kami kejar, yang penting bisa sampai di tujuan dengan selamat.

Tak berapa lama kami sampai di Alun-alun Pacet atau tepatnya di daerah pasar Maruyung. Walau sudah menginjak siang hari, pasar ini masih ramai dikunjungi sehingga sedikit kemacetan terjadi. Setelah melewati pasar ini, jalur yang dilewati mulai menantang. Jalur berkelok dengan lubang di beberapa tempat membuat kami harus sedikit bermanuver dalam mengendarai sepeda motor. Jarum Speedo meter pun tak kuasa untuk melewati angka 40 karena laju ban selalu tertahan kampas rem yang tak mau berlama-lama membiarkan roda leluasa berputar. Bersyukur sekarang jalur ini relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun kebelakang. Beberapa kilometer jalan bahkan sudah mulai dibeton untuk menghindari kerusakan parah yang sering terjadi di sini.
Jalan menanjak menuju kecamatan Kertasari, pemandangan sekitar dihiasi pegunungan yang disulap jadi kebun sayur, terlihat gunung di belakang saya sudah hampir semua digunduli
pelan-pelan semua pasti berubah menjadi perumahan penduduk
Di jalur antara Pacet dan Kertasari yang berkelok-kelok sesekali kami melepas pandang ke arah Timur, dimana Gunung Rakutak tinggi menjulang dengan punggungan sempitnya yang terkenal. Namun melihat ke arah kaki gunungnya di sebelah Utara terlihat hutannya mulai digunduli. Semuanya disulap menjadi perkebunan sayur dan Palawija. Kebanyakan ditanami bawang dan yang lainnya sedang dicangkuli, siap untuk ditebar benih. Miris melihat daerah hulu sungai Citarum kerusakannya sudah seperti ini. Pantas saja jika sering terjadi longsor dan jalan rusak karena jika hujan turun agak deras, limpahan air akan mengalir begitu deras membawa tanah yang berubah menjadi lumpur menyusuri jalan. Jalan aspal yang mulus pun tak akan lama akan berubah menjadi jalur OFF ROAD. Semoga saja jalan yang saat ini sudah mulai dibeton akan kuat bertahan lama sehingga jika ingin berkunjung ke daerah Kertasari ini kita bisa duduk dengan nyaman tanpa harus mengaduk-aduk isi perut karena jalan yang rusak.
Plang di pintu masuk Situ Cisanti, konon disini pernah menjadi tempat persinggahan Dipati Ukur.  Situs Petilasan Makam Eyang Dipati Ukur, sebenarnya bukan tempat penguburan jasad, melainkan hanya sebagai salah satu tempat yang pernah digunakan Dipati Ukur dalam masa-masa perjuangan menghadapi pasukan Mataram.
beginilah kira-kira pintu masuk Situ Cisanti, lengkap dengan stiker Caleg Pemilu entah taun berapa. Dan coretan Pilox nya entah ulah siapa, yang jelas itu sudah menjadi hal yang biasa di tempat-tempat wisata di Bandung

Tiga puluh kilometer berlalu, kita akan disambut wilayah hutan Pinus. Tak berapa lama sampailah di tempat yang bernama Situ Cisanti yang ada di sebelah kanan Jalan. Dari pinggir jalanpun, keindahannya sudah nampak dengan Gunung Wayang sebagai latarnya.

Memasuki tempat ini kita diharuskan membeli tiket seharga 3500 rupiah. Tempatnya yang sepi membuat suasana di sini terasa hening. Jauh berbeda ketika perjalanan kami tadi yang penuh dengan suara deru sepeda motor yang kami naiki. Hamparan air yang jernih nampak begitu luas. Wangi asri hutan pinus dengan udaranya yang sejuk memanjakan kami di sini.
rasanya tak percaya jika aliran sungai Citarum yang sering berubah-rubah warna dan bau, dicemari sampah dan bahan kimia itu berasal dari tempat seindah ini.
hutan sekelilingnya masih menghijau dan masih benar-benar terjaga
selagi masih ada, ayo kita nikmati dan lindungi

Dengan kail dan joran yang saya bawa dari rumah saya coba memancing ikan di Danau ini agar rela tubuhnya dinikmati. Saya gunakan umpan dari keong mas yang melimpah di pinggiran Danau ini. Sementara saya memancing, dua orang teman saya lainnya sedang membuat api untuk membakar ubi yang dibawa dari rumah. Tak cocok memang menyantap ubi bakar di tengah hari seperti ini, tetapi demi mengisi perut yang sudah terasa berkurang isinya, apapun makanannya siap kita nikmati.
walaupun susah dapet ikan, tapi tetap dinikmati. Memancing itu melatih kesabaran :D

umpan mancingnya kita pakai keong mas aja, banyak koq di sini.. :D
siap-siap bakar ikan hasil tangkapan. Atau kalau ikannya ga dapet, kita bisa bawa ubi atau singkong ke sini untuk sekedar menikmati ubi atau singkong bakar di pinggir danau. Sensasinya bisa anda rasakan sendiri..
Sebenarnya tak pernah terbayangkan sebelumnya jika sungai Citarum yang pekat akan limbah itu berasal dari tempat seindah ini. Namun melihat kenyataanya memang Tuhan memberikan mata air sejernih di sini kepada kita, Tuhan memberikan nikmatnya kepada kita, hanya kita sebagai manusia yang kurang bersyukur sehingga sebenarnya kita sendirilah yang membuat bencara itu terjadi.
loading...
 
Copyright © 2014 Rasendriya Bercerita. Designed by OddThemes