BREAKING NEWS
loading...
loading...
Showing posts with label Wisata Gunung. Show all posts
Showing posts with label Wisata Gunung. Show all posts

Thursday, 7 January 2016

Sungai Cigeureuh, Sungai Yang Masih Jernih di Wilayah Bandung

Tidak banyak orang Bandung yang mengenal sungai Cigeureuh. Mungkin jika di sebutkan sungai Citarum, Sungai Cikapundung, atau sungai Cisangkuy, ketiganya masih familiar di telinga orang Bandung. Tapi lain halnya ketika disebutkan sungai Cigeureuh, mungkin hanya beberapa saja yang tau dimana lokasinya. Padahal sungai ini adalah salah satu atau mungkin satu-satunya sungai yang masih alami, airnya jernih dan sangat dingin yang ada di Bandung.

Sungai ini mengalir di lembah antara Gunung Puntang dan Gunung Haruman yang merupakan rangkaian pegunungan Malabar di daerah Selatan Kota Bandung. Jika siang hari cerah, anda bisa melihat kemegahan malabar yang seolah menjadi benteng kokoh di Selatan Bandung.

Aliran sungai ini masih sangat alami, berasal dari berbagai mata air diantara Gunung Puntang dan Haruman, sungai ini menjadi salah satu sungai yang masih alami di wilayah Bandung. Cobalah sesekali berkunjung ke sini dan nikmati dingin dan segarnya air sungai Cigeureuh.

Aliran sungai Cigeureuh bisa kita nikmati di objek wisata perkemahan Gunung Puntang, kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.















Camping Ceria di Bumi Perkemahan Rancaupas Ciwidey

Suka kegiatan outdoor tapi bingung kemana?

Ulah hilap selfie

Ulah hilap sholat

Ulah hilap tuang



Monday, 9 February 2015

Jalan-Jalan ke Kawah Cibuni, Sumber Air Panas Alami di Wilayah Ciwidey


Jika anda sudah terbiasa mendengar nama tempat pemandian air panas Ciwalini atau Cimanggu di Ciwidey, maka cobalah untuk mengunjungi Sumber Air Panas Alami Cibuni. Cibuni adalah salah satu daerah di wilayah Ciwidey Kabupaten Bandung. Di kawah Cibuni terdapat banyak rekahan tanah yang mengeluarkan belerang dan uap panas. Selain itu tempat ini juga merupakan sumber mata air panas yang sangat alami karena masih berupa kolam-kolam kecil dari gundukan batu.


Ketika pertama kali memasuki daerah ini kita akan disuguhi bau belerang yang sangat menyengat dan juga pemandangan kabut uap air panas yang cukup pekat mengelilingi wilayah kawah ini.
Di tempat ini ada sebuah kolam yang bisa digunakan untuk berendam dan juga kolam-kolam lain untuk merendam kaki karena airnya cukup panas.




Terdapat pula warung-warung makanan dan juga mushola.
Memasuki tempat ini anda cukup membayar tiket sebesar Rp 5000. Untuk yang mengendarai sepeda motor, dari pintu masuk anda bisa mengendarai sepeda motor melewati jalanan berbatu sepanjang kurang lebih 1 km menuju bibir kawah. Untuk anda yang mengendarai kendaraan roda empat, anda bisa memarkir kendaraan di pinggir jalan dekat pintu masuk untuk selanjutna berjalan kaki mendaki jalanan tanah berbatu menuju bibir kawah.
Cocok untuk wisata keluarga dan juga wisata alternatif untuk anda yang memiliki penyakit kulit.
Kawah Cibuni ini terletak di Kampung Cibuni di kawasan perkebunan Rancabali. Letaknya sekitar 50 kilometer dari Bandung, tidak jauh dari kawasan wisata Situ Patengan. Jika ingin mengunjungi tempat ini dari arah Bandung, anda harus melewati dulu kawasan wisata Situ Patengan, lalu sekitar 3 km dari sana di dekat Jembatan Ciorok, berhentilah di sebuah belokan yang terdapat sebuah pos gerbang Kawasan Wisata Cibuni. 

Tuesday, 20 January 2015

Jalan-Jalan ke Goa Pawon dan Taman Batu Citatah, Stone Garden di Kabupaten Bandung Barat

Ini posting kedua saya tentang tempat ini. Memang Taman Batu Citatah ini tidak sebooming Tebing Keraton yang saat ini sedang rame-ramenya dikunjungi, namun bagi saya tempat ini memberikan kesan khusus, terutama saat  membayangkan sejarah yang mengiringi terbentuknya tempat ini.

April 2004 menjadi awal saya berkenalan dengan tempat ini, lalu tahun 2012 saya kembali ke sini dengan kondisi tak jauh beda ketika 8 tahun sebelumnya saya berkunjung. Namun kemarin, September 2014 saya melihat banyak perubahan positif di tempat yang kali ini sudah resmi menjadi objek wisata di wilayah Kabupaten Bandung Barat ini.

Objek Wisata dan Sejarah Goa Pawon dan Taman Batu Citatah ini seolah menjadi satu paket wisata yang terletak di wilayah Barat Bandung, tepatnya di daerah Citatah, Cipatat Kabupaten Bandung. Jika berkunjung ke Goa Pawon, anda bisa sekaligus menikmati keindahan Taman Batu Citatah yang berada di atasnya.

Gunung Masigit tahun 2012 ketika masih aktif ditambang dilihat dari puncak Pasir Pawon

Sebagai gambaran bagi yang belum pernah ke sini, tempat ini berupa sebuah bukit kapur yang terbentuk jutaan tahun yang lalu karena dulunya daerah ini adalah daerah di bawah permukaan laut dangkal. Jika anda membayangkan sedang menyelam di Taman Laut Bunaken, kurang lebih seperti itulah kondisi tempat ini jutaan tahun yang lalu. Setelah mengalami berbagai pergerakan lempeng bumi, wilayah ini sekarang berada di atas daratan dan menjadi sebuah bukit. Lapisan tanah di sini sangat tipis karena bukit ini memang murni terbentuk dari kapur. Material letusan Gunung yang meletus di sekitar tempat ini membuat bukit kapur ini sebagian tertutup tanah yang cukup subur sehingga nampak di sebagian wilayah bukit ini nampak hijau ditanami tumbuhan. Namun sebagian tempat lagi terlihat batu kapur yang terlihat menjulang kokoh. Tonjolan-tonjolan batu kapur yang beraneka ragam ini terlihat sangat indah berpadu dengan hijau nya alam di sekitar wilayah ini.

Sejarah tempat ini dimulai pada zaman Miosen (sekitar 20 juta tahun lalu), pada waktu itu daerah Bandung ke Utara merupakan laut dan tempat ini menjadi bukti bagaimana fosil koral kemudian terbentuk menjadi rangkaian bukit kapur sepanjang daerah ini.



Goa Pawon ini merupakan sebuah goa yang terdapat di kaki Pasir Pawon. Pasir dalam bahasa Sunda berarti gunung/bukit kecil). Sedangkan Pawon berarti Dapur. Dinamakan Pasir Pawon karena di bukit ini terdapat Goa yang didalamnya banyak ditemukan perkakas/peralatan dapur peninggalan manusia prasejarah.

Menurut Pak T.Bachtiar didalam buku Bandung Purba yang ditulisnya, Di dalam gua Pawon ini terdapat ruangan yang bernama Goa Kopi yang didalamnya ditemukan banyak benda-benda budaya manusia prasejarah yang sangat melimpah. Di Goa Kopi inilah pada kedalaman 120cm terdapat kerangka Homo Sapiens dalam posisi duduk bertekuk (ngaringkuk). Kerangka berumur puluhan ribu tahun ini terlindungi oleh tanah vulkanis dari letusan gunung Tangkuban Parahu yang membuatnya masih tetap utuh sampai ditemukan pada bulan Oktober 2003. Kerangka ini masih bisa kita jumpai di Goa Pawon ini dalam bentuk replika yang disimpan dalam posisi dan kedalaman yang sama seperti saat ditemukan.

Jika sudah jenuh atau bingung mencari tempat wisata keren di akhir pekan, cobalah berkunjung ke Taman Batu dan Goa Pawon ini. Letaknya tidak jauh dari kota Bandung, sekitar 25km dari pusat kota ke arah Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Bila menggunakan kendaraan pribadi jarak ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar satu jam dari kota Bandung. Jika menggunakan kendaraan roda empat, bisa melalui tol Padaleunyi lalu keluar melalui gerbang tol Padalarang. Jika menggunakan kendaraan roda dua, melajulah menuju Padalarang lalu ikuti jalur menuju Cianjur. Biasanya jalan akan sedikit melambat di daerah Padalarang setelah Kota Baru Parahyangan. Di daerah ini kemacetan tidak mengenal waktu. Jalan akan kembali lancar setelah memasuki wilayah Cipatat dimana mulai terlihat perbukitan kapur di kiri kanan jalan. Selain itu banyak juga penjual Peuyeum dan aneka kerajinan gerabah dan marmer khas daerah ini.

Memasuki jalur ini jalur mulai lancar namun harus tetap berhati-hati karena jalanan menurun dan berkelok-kelok. Ikuti terus jalur ini hingga menemui Rumah Makan Setuju Utama di sebelah kiri jalan. Setelah melewati Rumah Makan Setuju Utama, melambatlah sambil perhatikan gapura Abu-abu dikanan jalan. Berbeloklah menuju Gapura tersebut dan ikuti jalan menuju Objek Wisata Goa Pawon.

Memasuki areal Wisata, anda harus membeli tiket masuk seharga Rp 5500 dan juga mencatat nama di buku tamu. Disini tersedia areal parkir yang cukup luas untuk mobil dan juga sepeda motor, terdapat bale-bale tempat istirahat, warung dan juga mushola (tajug).



Terdapat dua areal utama di tempat ini, yakni goa Pawon dan juga Taman Batu. Taman Batu ini terletak di atas bukit Pawon ini sehingga anda perlu mendaki bukit ini. Memang cukup berat bagi yang tidak terbiasa mendaki, namun percayalah walaupun lelah dan nafas tersengal anda akan menemukan pemandangan indah di atas bukit ini dan akan menjadi pengalaman yang berbeda dari tempat wisata lainnya.

Sebaiknya anda berkunjung terlebih dahulu ke areal Goa Pawon dimana terdapat tempat penemuan kerangka Homo Sapiens dan juga replikanya yang tersimpan pada posisi yang persis seperti saat penemuannya Oktober 2003. Disarankan anda membawa masker karena di dalam Goa Pawon ini bau Goano (kotoran kelelawar) sangat menyengat. Bau Amonia bisa membuat anda mual atau pusing bagi yang tidak terbiasa. Masuklah ke dalam goa dan ikuti jalan yang sudah tersedia. Terdapat banyak lubang di goa ini sehingga anda tidak akan khawatir akan gelap, selama hari masih siang, suasana di dalam goa ini tidak akan membuat anda takut.

Dulu Goa Pawon ini dianggap angker oleh masyarakat sehingga sangat jarang dikunjungi. Mungkin hanya digunakan sebagai tempat berkemah oleh sebagian orang. Terlihat dari banyaknya tulisan-tulisan dari tangan tidak bertanggung jawab yang berbekas di dinding goa. Selain itu dulunya masyarakat hanya memasuki goa ini ketika akan mengambil Goano (kotoran kelelawar) untuk dijadikan pupuk.

Setelah ditemukannya kerangka Homo Sapiens oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung dan Balai Arkeologi, barulah tempat ini mulai banyak dikunjungi sampai akhirnya dilindungi dari penambangan kapur dan dijadikan objek wisata resmi oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Kini tempat ini sudah banyak mengalami perbaikan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Terutama akses jalan yang kini sudah sangat baik dibandingkan ketika saya dulu berkunjung ke sini pada 2004 dan 2012.

Dari Goa Pawon ini cobalah untuk sekarang mendaki bukit menuju Puncak Pasir Pawon yakni Taman Batu. Anda akan menemukan tempat yang tidak pernah anda temui sebelumnya di daerah Bandung. Sebuah tempat di puncak bukit yang di penuhi batu-batu menonjol diantara hijaunya tanaman sekitar. Jika anda teliti, anda bisa melihat Jalan Tol Cipularang dan juga jalur kereta Api Bandung - Jakarta dari sini.

Disarankan untuk mendaki di pagi hari agar anda bisa menikmati tempat ini ketika mentari tidak terlalu terik menyinari wilayah ini. Waktu yang tepat untuk berkunjung tempat ini adalah di pagi hari dan sore hari. Namun hindari jika sore hari turun hujan karena jalur mendaki akan sangat becek dan licin.

Bawalah perbekalan seperti minuman dan makanan kecil. Bisa juga membawa makanan berat untuk dinikmati di puncak sana setelah anda bersusah payah mendaki bukit ini. Namun tetap diingat untuk selalu menjaga kebersihan. Sayang sekali jika tempat ini harus dipenuhi sampah dari pengunjung.

Tertarik mencoba ke sini?? Ada banyak yang bisa dilakukan jika anda berkunjung ke tempat ini, apa saja?

Belajar Mengenal Sejarah Bandung di Zaman Purba

Taman batu Citatah, Cipatat ini merupakan bukti bahwa dulunya pulau Jawa ini pernah berada di dasar lautan dangkal. Bisa dibayangkan Pantai Utara Jawa ketika itu berada di wilayah Pangalengan dan Bandung termasuk Lautan dangkal di Utara Pulau Jawa. Menurut Buku Bandung Purba tulisan T. Bachtiar, kejadian ini terjadi pada masa Miosen Akhir, sekitar 10-5 juta tahun yang lalu. Kawasan Citatah, Cipatat ini merupakan The Greatest Barrier Reef ketika itu. Lautan dangkal dengan terumbu karang yang indah itu kini bisa disaksikan di Taman Batu Citatah ini.
 Jika anda mengunjungi tempat ini di musim kemarau, maka taman batu akan nampak menguning karena ilalang-ilalangnya nampak mulai mengering tak tersentuh air hujan. Wajar karena tempat ini hanya mendapatkan air dari air hujan saja. Di wilayah karst seperti ini akan sulit menemukan sumber air. Dulunya tempat ini dipakai warga untuk berkebun jika musim penghujan tiba.

Jika anda bekunjung ke tempat ini di musim penghujan, bersiap-siaplah untuk berkotor-kotor ria karena lapisan tanah gembur di sini akan nampak becek ketika diguyur air hujan. Datanglah ke tempat ini di bulan Maret-Agustus dimana merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan.

Mengenal Nenek Moyang Manusia Bandung
replika kerangka Homo Sapiens di  Goa Pawon via adriarani.blogspot.com
Walaupun hanya berupa replika, tetapi di Goa Pawon ini kita masih bisa melihat bentuk kerangka homo sapiens yang diyakini merupakan nenek moyang manusia yang tinggal di daerah Jawa Barat. Dilihat dari posisi  ditemukannya, ini merupakan kebiasaan orang-orang jaman dahulu ketika memakamkan orang mati yakni dengan cara duduk di tekuk (seperti posisi bayi di dalam kandungan). Kerangka ini ditemukan di kedalaman 143 cm di salah satu ruangan yang terdapat di Goa Pawon ini. Selain kerangka, ditemukan juga ribuan serpihan batu obsidian yang berbentuk menyerupai kapak/ujung tombak. Serpihan batu ini diyakini sebagai alat untuk berburu yang digunakan nenek moyang manusia Bandung untuk menangkap hewan buruan.

Hiking Mendaki Gunung / Pasir Pawon
Pasir Pawon merupakan bukit kapur yang cukup tinggi untuk di daki. Butuh waktu sekitar 30-45 menit untuk mendaki bukit ini dari arah Goa Pawon. Bagi anda yang ingin sekedar hiking dan mencoba ketahanan tubuh anda, pasir Pawon ini cocok untuk dijajal. Jalurnya tidak terlalu ekstrim namun anda tetap mesti berhati-hati karena jalan yang dilalui berupa tanah bercampur batu kapur yang terkadang terjal, tajam dan akan licin jika turun hujan.


Di puncak Pasir Pawon ini anda akan menikmati pemandangan hijau Lembah Cibukur dari ketinggian. Jika anda teliti memandang ke arah Barat, anda juga bisa menikmati pemandangan jalan tol Cipularang di kejauhan dan juga jalur kereta Api Bandung-Jakarta yang dihiasi jembatan-jembatan yang menjulang.

Hunting Foto-Foto Keren Sepuasnya
Tidak usah dijelaskan lagi, anda bisa mencari spot-spot menakjubkan di tempat ini untuk berfoto






Wednesday, 24 April 2013

Jalan-Jalan ke Cibolang, Pangalengan, Wisata Air Panas di Bandung Selatan

berendam air panas dikelilingi hutan dan kebun teh memang mengasyikan, sayangnya tempat ini tidak dikelola dengan baik, air kolam yang sudah berwarna kehijauan itu menandakan tempat ini kurang mendapat perawatan :(
Acep & Dedi, :airnya kurang panas nih.. :D
anak ini nampak senang melihat ikan-ikan mas di kolam ini, di area ini ada sebuah kolam ikan yang lumayan besar, di tengahnya terdapat sebuah saung / bale-bale tempat istirahat pengunjung
berjemur menikmati mentari terasa menyegarkan, ditengah suasana sejuk perkebunan teh, setelah berendam di kolam air hangat.. :)
penasaran dengan penunjuk arah ini, saya coba naik ke atas gunung menuju kawah burung
terlihat pemandangan Pemandian air panas Cibolang dari atas bukit menuju kawah burung
makin ke atas menuju kawah burung, semakin terlihat pemandangan sekitar Cibolang dengan hamparan hijau perkebunan teh Malabar
Kawah Burung sudah nampak di depan
sampai juga di kawah burung, panas menyengat dan bau belerang membuat saya tidak tahan berlama-lama di sini :D

Wednesday, 10 April 2013

Catatan Perjalanan ke Gunung Puntang, Banjaran, Kab. Bandung, 17 September 2012

Dulu sejak jaman SMP, sering sekali saya mendengar tentang Gunung Puntang walaupun hanya dari namanya saja. Yang tergambar di benak saya waktu itu, tempat ini sering dijadikan tempat pelantikan ekstrakurikuler, atau tempat Camp untuk OSPEK. Maklum imajinasi anak SMP memang menggelikan, saya pun menertawakan diri sendiri jika ingat akan hal itu. Selain Puntang, Gunung Malabar juga sering saya dengar sejak belajar Geografi di kelas 4 SD. Katanya terdapat bekas Bangunan Stasiun Radio di sana. Tetapi seiring berjalannya waktu saya coba mencari tahu lebih tentang Gunung yang merupakan Rangkaian dari Gunung Malabar ini. Ya, ilmu tanpa praktek serasa hambar bagi saya. Begitu juga dengan cerita-cerita orang tentang Gunung Puntang terasa kurang asik jika belum pernah berkunjung ke sana. Akhirnya demi melepas rasa penasaran, saya coba untuk menjelajah, hiking ke Gunung Puntang di tanggal 17 September 2012 lalu.

Pagi di kaki gunung Puntang, sinar mentari hangat menyusup, merambat lurus di sela pepohonan

Gunung ini letaknya di Selatan Bandung, di Kecamatan Banjaran, Kab. Bandung. Jika di ukur, jaraknya sekitar 20 km dari tempat tinggal saya di Ciparay. Itu sebabnya saya penasaran dengan Gunung ini.

Bersama rekan-rekan kerja di kantor saya coba menjelajahi Gunung ini di hari Senin. Memang aneh rasanya jalan-jalan di hari Senin, tapi kami mencoba untuk membuat quotes baru "I LOVE MONDAY" karena kebetulan Senin itu kami semua sedang off kerja.

Penjelajahan dimulai dari pertigaan Banjaran- Pangalengan. Kita semua berjumlah 6 orang berkumpul dengan menggunakan sepeda motor menuju rumah Rendi di Desa Cimaung, Banjaran sebagai checkpoint. Di sana kita menyiapkan bekal dan perlengkapan agar kita tidak mengalami kesulitan di Puntang. Tujuan utama sebenarnya adalah menuju Curug Siliwangi. Namun untuk menuju ke sana kita harus melewati medan yang sulit dan juga tidak ada satupun dari kami yang tau persis jalan menuju ke sana.

Akhirnya kami memutuskan untuk menuju lokasi terlebih dahulu sebelum memikirkan jalan menuju Curug Siliwangi. Lokasi yang kami maksud adalah Perkemahan Puntang yang terletak di kaki Gunung Puntang. Dari jalan Raya Banjaran Pangalengan kita berbelok menuju jalan Raya Puntang, lalu berjalan menanjak dengan aspal mulus menempuh jarak sekitar 8 km menuju kaki Gunung Puntang. Disinilah checkpoint kedua, setelah membeli tiket masuk, kami memarkirkan sepeda motor di dekat warung perkemahan lalu mulai menjajal trek menuju Gunung Puntang.


bangunan yang di sebut  "kolam cinta" karena bentuknya seperti hati ini sebetulnya adalah reruntuhan kolam di depan Stasiun Radio Malabar, sebetulnya bentuknya bukan hati, tetapi segitiga arah panah yang menunjuk langsung ke arah negeri Belanda di Eropa
Matahari mulai meninggi, memancarkan sinar hangat tepat ke arah tubuh kami. Di kejauhan nampak reruntuhan bangunan. Yang satu berupa kolam yang sudah kering, hanya tinggal semak dan rerumputan menutupi sisa-sisa bangunannya. Sedangkan yang satu lagi berupa dinding bangunan yang hanya tinggal puing-puingnya saja. Seorang temanku mengatakan itu adalah kolam Cinta. Sedangkan ketika ditanya bangunan yang satunya lagi, dia tidak mengetahuinya. Lalu baru saya ketahui setelahnya bahwa itu adalah bekas bangunan Stasiun Radio Malabar. Stasiun ini terkenal hingga keseluruh dunia pada zamannya. Sedangkan kolam itu adalah kolam yang terletak tepat di depan Stasiun Radio Malabar. Bentuknya memang seperti hati sehingga orang-orang sekarang lebih mengenalnya sebagai kolam cinta. Tetapi sebenarnya bentuknya bukanlah menyerupai hati, tetapi merupakan arah panah yang menunjuk langsung ke arah Negeri Belanda. Memang dulu Stasiun ini digunakan untuk menjalin komunikasi antara Negeri Belanda dan Wilayah Hindia (Indonesia) sehingga dikenalah lagu "Halo-Halo Bandung" yang merupakan kalimat pertama yang diucapkan ketika Stasiun Radio ini difungsikan.

Foto Bangunan Stasiun Radio Malabar ketika masih berdiri. Terlihat kolam didepannya masih terisi air dengan air mancur di tengahnya
Bangunan ini sekarang termasuk dalam wilayah kompleks perkemahan Puntang. Terletak di lembah yang diapit dua Gunung, yakni Gunung Puntang di kiri dan Gunung Halimun di kanan. Keduanya nampak menjulang tinggi, menantang untuk didaki diiringi suara binatang di pagi hari. Udara masih sejuk ketika kami memulai perjalanan tepat pukul 8 pagi. Kami putuskan untuk berjalan menuju Curug Siliwangi dengan menyusuri sungai Cigeureuh karena menurut logika kami, aliran sungai ini berasal dari Curug Siliwangi. Padahal setelah pulang di sore harinya baru kami ketahui sebenarnya kami menempuh jalan yang salah karena aliran sungai ini tidak membawa kami menuju Curug Siliwangi :p

air sungai nya masih jernih, belum tercemar apapun
menyusuri aliran sungai menuju puncak gunung, lelah tak terasa dikalahkan segarnya air pegunungan
sesekali rintangan menghalangi, perjalanan bervariasi mulai dari jalur sungai, darat, hingga menanjak ke puncak bukit
 
Terasa dingin menyegarkan ketika pertama kali mencelupkan kaki ke aliran sungai yang jernih ini. Sepatu kets yang kupakai harus rela basah kuyup tercelup air dingin. Berjalan lincah diantara batu-batu yang licin diiringi gemericik air yang sungguh menyegarkan membuat fresh pikiran. Sesekali dalam perjalanan yang menanjak melawan aliran sungai ini saya membasuhkan air ke wajah. Dalam hati sudah tak tahan ingin mandi, tetapi tujuan awal Curug Siliwangi belum dicapai. Perjalanan berjalan kaki menyusuri sungai ini tak terasa berlangsung selama 3 jam :D
Ulat yang nampak cantik di antara semak pepohonan
airnya bisa langsung di minum lho, segerr..
musti pilih jalur mana yang aman dilewatin  :D
saya ga tau nama latin tanaman ini, yang jelas cantik aja buat difoto..
rehat sejenak mengumpulkan semangat
setelah tiga jam berjalan kaki, mari menghela nafas
bening..bening
Pukul 11.00 kami memutuskan beristirahat sejenak karena jalan didepan sudah semakin berbahaya untuk dilalui. Semak belukar dengan duri-duri beracun yang membuat kulit gatal semakin rapat menutupi jalan di depan. Aliran sungai sudah tidak mungkin dilewati karena terhalang tebing air terjun yang cukup tinggi. Di sini mulailah kami sadar bahwa kami tersesat :D

Kami hanya tertawa geli karena mungkin terlalu lelah dan hanya bisa menertawakan ekspresi konyol kelelahan kami masing-masing :P Akhirnya kami putuskan untuk coba mencari jalan lagi sampai tengah hari. Karena sebenarnya kami masih yakin bisa sampai ke curug Siliwangi berbekal kabar bahwa jarak Curug Siliwangi itu sekitar 3 jam perjalanan jalan kaki dari pintu masuk Puntang.
makin ke atas sungai makin bercabang dan makin bingung mencari jalan
Perjalanan beralih melalui jalan darat dengan menyusuri pinggiran sungai. Kami harus berusaha naik memanjat dengan berpegangan ranting dan rotan karena Sungai tempat tadi kami berjalan di apit dua lembah. Dengan sepatu basah dan licin kami berusaha memanjat tebing yang lumayan tinggi. Merangkak menjadi pilihan terakhir demi mencapai tebing di atas. Dan dengan nafas terengah-engah kami saling menertawakan kondisi tubuh masing-masing :D

Perjalanan kini terasa miring karena kami berjalan di pinggir jurang dengan sungai yang tadi kami susuri di dasarnya. Perjalanan bukannya lebih mudah, malah lebih sulit. Pepohonan dan semak belukar sangat rapat sehingga kami harus membuka jalan baru, menebang semak di hadapan kami.
masih rimbun oleh semak belukar
Tepat menginjak waktu Dzuhur perjalanan berhenti. Kami yang sudah mulai kelelahan mencari tempat untuk beristirahat. Sampailah disuatu tempat yang agak renggang dari pepohonan sehingga kami bisa berembuk membuka bekal masing-masing. Yang ada hanyalah beberapa potong roti, tahu, sedikit nasi dan beberapa buah jambu batu. Menu yang kurang ideal untuk mengisi energi untuk perjalanan pulang, tetapi apa daya perut sudah lapar, semua makanan pun dihajar :D

Seraya menyantap bekal kami bercerita apa yang kami alami masing-masing dan menertawakannya bersama-sama. Ya, sungguh menyenangkan perjalanan kali ini, walau curug Siliwangi itu tak kami temui tapi kesenangan dan keceriaan bisa kami dapat dimana saja.

Tetapi tak lengkap rasanya jika kami pulang tanpa merasakan segarnya air pegunungan. Akhirnya setelah makan dan bersiap pulang kami putuskan untuk memutar arah ke jalan yang tadi kami lewati, menuju tebing tempat air terjun mini berada.
air terjun mini yang menyegarkan
Air terjun mini ini nampak menggoda untuk disinggahi, tak pikir panjang kami pun berebut untuk dihujani guyuran air dingin dari air terjun ini. Rasanya dihujani air terjun setinggi ini sama seperti dipukuli 10 gadis cantik, sakit tetapi menyenangkan :D

Ooh perjalanan di Gunung Puntang kali ini sangat menyenangkan! Tidak percaya? Coba saja sendiri!

loading...
 
Copyright © 2014 Rasendriya Bercerita. Designed by OddThemes