BREAKING NEWS
loading...
loading...
Showing posts with label Tracking. Show all posts
Showing posts with label Tracking. Show all posts

Thursday, 7 January 2016

Sungai Cigeureuh, Sungai Yang Masih Jernih di Wilayah Bandung

Tidak banyak orang Bandung yang mengenal sungai Cigeureuh. Mungkin jika di sebutkan sungai Citarum, Sungai Cikapundung, atau sungai Cisangkuy, ketiganya masih familiar di telinga orang Bandung. Tapi lain halnya ketika disebutkan sungai Cigeureuh, mungkin hanya beberapa saja yang tau dimana lokasinya. Padahal sungai ini adalah salah satu atau mungkin satu-satunya sungai yang masih alami, airnya jernih dan sangat dingin yang ada di Bandung.

Sungai ini mengalir di lembah antara Gunung Puntang dan Gunung Haruman yang merupakan rangkaian pegunungan Malabar di daerah Selatan Kota Bandung. Jika siang hari cerah, anda bisa melihat kemegahan malabar yang seolah menjadi benteng kokoh di Selatan Bandung.

Aliran sungai ini masih sangat alami, berasal dari berbagai mata air diantara Gunung Puntang dan Haruman, sungai ini menjadi salah satu sungai yang masih alami di wilayah Bandung. Cobalah sesekali berkunjung ke sini dan nikmati dingin dan segarnya air sungai Cigeureuh.

Aliran sungai Cigeureuh bisa kita nikmati di objek wisata perkemahan Gunung Puntang, kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.















Camping Ceria di Bumi Perkemahan Rancaupas Ciwidey

Suka kegiatan outdoor tapi bingung kemana?

Ulah hilap selfie

Ulah hilap sholat

Ulah hilap tuang



Wednesday, 24 April 2013

Jalan-Jalan ke Cibolang, Pangalengan, Wisata Air Panas di Bandung Selatan

berendam air panas dikelilingi hutan dan kebun teh memang mengasyikan, sayangnya tempat ini tidak dikelola dengan baik, air kolam yang sudah berwarna kehijauan itu menandakan tempat ini kurang mendapat perawatan :(
Acep & Dedi, :airnya kurang panas nih.. :D
anak ini nampak senang melihat ikan-ikan mas di kolam ini, di area ini ada sebuah kolam ikan yang lumayan besar, di tengahnya terdapat sebuah saung / bale-bale tempat istirahat pengunjung
berjemur menikmati mentari terasa menyegarkan, ditengah suasana sejuk perkebunan teh, setelah berendam di kolam air hangat.. :)
penasaran dengan penunjuk arah ini, saya coba naik ke atas gunung menuju kawah burung
terlihat pemandangan Pemandian air panas Cibolang dari atas bukit menuju kawah burung
makin ke atas menuju kawah burung, semakin terlihat pemandangan sekitar Cibolang dengan hamparan hijau perkebunan teh Malabar
Kawah Burung sudah nampak di depan
sampai juga di kawah burung, panas menyengat dan bau belerang membuat saya tidak tahan berlama-lama di sini :D

Monday, 22 April 2013

Jalan-Jalan ke Situ Cisanti, Hulu Sungai Citarum, dari Sinilah Aliran Citarum Berasal

Hampir semua warga Jawa Barat mengenal sungai Citarum, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Bandung. Betapa tidak, sungai ini sering meluap dikala musim penghujan dan membanjiri wilayah Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang. Selain itu, sungai ini menjadi korban dari para pengusaha yang tak bertanggung jawab yang menitipkan limbah dari pabrik-pabriknya ke sungai ini. Akibatnya ribuan meter kubik bahan kimia mengalir tiap jam bersamanya menuju Situ Saguling di wilayah Cianjur.

Namun tahukah anda dari manakah sungai ini berasal?

Pemandangannya begitu indah, menghijau di kaki gunung Wayang, terletak 30 km dari Ciparay, atau sekitar 60 km dari Bandung. Tempat ini masih belum dikenal oleh masyarakat Bandung
Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat yang mengalir dari hulunya di Situ Cisanti, Kabupaten Bandung, tepatnya di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Letaknya di kaki Gunung Wayang, sekitar 60 km di Selatan Kota Bandung. Terakhir kali saya mengunjungi tempat ini di bulan Nopember 2012 tepat di saat-saat terakhir musim kemarau.

Untuk menuju tempat ini ada dua pilihan jalan yang bisa ditempuh, pertama lewat jalur Ciparay-Pacet-Kertasari atau lewat jalur Pangalengan-Santosa-Kertasari. Namun karena akses jalan dari Bandung lebih dekat ke Jalur Ciparay, maka sebaiknya jalur Ciparay lah yang dipilih.

Waktu itu tepat hari Jumat, 16 Nopember 2012 ketika saya mengunjungi tempat ini bersama dua orang teman. Start dari rumah saya di daerah Ciparay sekitar jam setengah sembilan pagi. Jarak dari rumah saya di Ciparay cukup dekat, sekitar 30 km atau satu jam perjalanan dengan sepeda motor karena jalan yang ditempuh kebanyakan menanjak dengan kondisi jalan yang tidak terlalu baik. Dari Alun-alun Ciparay perjalanan berlanjut dengan mengambil jalan ke kanan menuju kecamatan Pacet. Di Alun-alun Ciparay akan ada penunjuk arah menuju Pacet, yakni ke arah Selatan menyusuri jalan Raya Ciparay - Pacet. Jika anda ingin menggunakan angkutan umum, anda bisa naik angkot jurusan Ciparay - Pacet, tetapi karena saya belum pernah mencobanya, saya tidak terlalu hapal berapa ongkos yang harus dikeluarkan jika naik angkutan ini dari Ciparay sampai Pacet.

Dari Ciparay, perjalanan akan ditemani hamparan sawah di kanan jalan dengan Gunung Malabar yang menjulang tinggi di kejauhan. Di sepanjang jalan ini juga terdapat banyak kolam pembibitan ikan air tawar, mulai dari ikan mas, mujair, sampai ikan Lele pun ada. Atau jika anda ingin mencari tempat untuk memancing ikan, disini pun banyak kolam-kolam yang disewakan untuk memancing ikan.

Perjalanan di jalur ini, kami melewati jalan yang lurus dengan sedikit menanjak. Kami melewati jalur ini  dengan santai karena tidak ada yang kami kejar, yang penting bisa sampai di tujuan dengan selamat.

Tak berapa lama kami sampai di Alun-alun Pacet atau tepatnya di daerah pasar Maruyung. Walau sudah menginjak siang hari, pasar ini masih ramai dikunjungi sehingga sedikit kemacetan terjadi. Setelah melewati pasar ini, jalur yang dilewati mulai menantang. Jalur berkelok dengan lubang di beberapa tempat membuat kami harus sedikit bermanuver dalam mengendarai sepeda motor. Jarum Speedo meter pun tak kuasa untuk melewati angka 40 karena laju ban selalu tertahan kampas rem yang tak mau berlama-lama membiarkan roda leluasa berputar. Bersyukur sekarang jalur ini relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun kebelakang. Beberapa kilometer jalan bahkan sudah mulai dibeton untuk menghindari kerusakan parah yang sering terjadi di sini.
Jalan menanjak menuju kecamatan Kertasari, pemandangan sekitar dihiasi pegunungan yang disulap jadi kebun sayur, terlihat gunung di belakang saya sudah hampir semua digunduli
pelan-pelan semua pasti berubah menjadi perumahan penduduk
Di jalur antara Pacet dan Kertasari yang berkelok-kelok sesekali kami melepas pandang ke arah Timur, dimana Gunung Rakutak tinggi menjulang dengan punggungan sempitnya yang terkenal. Namun melihat ke arah kaki gunungnya di sebelah Utara terlihat hutannya mulai digunduli. Semuanya disulap menjadi perkebunan sayur dan Palawija. Kebanyakan ditanami bawang dan yang lainnya sedang dicangkuli, siap untuk ditebar benih. Miris melihat daerah hulu sungai Citarum kerusakannya sudah seperti ini. Pantas saja jika sering terjadi longsor dan jalan rusak karena jika hujan turun agak deras, limpahan air akan mengalir begitu deras membawa tanah yang berubah menjadi lumpur menyusuri jalan. Jalan aspal yang mulus pun tak akan lama akan berubah menjadi jalur OFF ROAD. Semoga saja jalan yang saat ini sudah mulai dibeton akan kuat bertahan lama sehingga jika ingin berkunjung ke daerah Kertasari ini kita bisa duduk dengan nyaman tanpa harus mengaduk-aduk isi perut karena jalan yang rusak.
Plang di pintu masuk Situ Cisanti, konon disini pernah menjadi tempat persinggahan Dipati Ukur.  Situs Petilasan Makam Eyang Dipati Ukur, sebenarnya bukan tempat penguburan jasad, melainkan hanya sebagai salah satu tempat yang pernah digunakan Dipati Ukur dalam masa-masa perjuangan menghadapi pasukan Mataram.
beginilah kira-kira pintu masuk Situ Cisanti, lengkap dengan stiker Caleg Pemilu entah taun berapa. Dan coretan Pilox nya entah ulah siapa, yang jelas itu sudah menjadi hal yang biasa di tempat-tempat wisata di Bandung

Tiga puluh kilometer berlalu, kita akan disambut wilayah hutan Pinus. Tak berapa lama sampailah di tempat yang bernama Situ Cisanti yang ada di sebelah kanan Jalan. Dari pinggir jalanpun, keindahannya sudah nampak dengan Gunung Wayang sebagai latarnya.

Memasuki tempat ini kita diharuskan membeli tiket seharga 3500 rupiah. Tempatnya yang sepi membuat suasana di sini terasa hening. Jauh berbeda ketika perjalanan kami tadi yang penuh dengan suara deru sepeda motor yang kami naiki. Hamparan air yang jernih nampak begitu luas. Wangi asri hutan pinus dengan udaranya yang sejuk memanjakan kami di sini.
rasanya tak percaya jika aliran sungai Citarum yang sering berubah-rubah warna dan bau, dicemari sampah dan bahan kimia itu berasal dari tempat seindah ini.
hutan sekelilingnya masih menghijau dan masih benar-benar terjaga
selagi masih ada, ayo kita nikmati dan lindungi

Dengan kail dan joran yang saya bawa dari rumah saya coba memancing ikan di Danau ini agar rela tubuhnya dinikmati. Saya gunakan umpan dari keong mas yang melimpah di pinggiran Danau ini. Sementara saya memancing, dua orang teman saya lainnya sedang membuat api untuk membakar ubi yang dibawa dari rumah. Tak cocok memang menyantap ubi bakar di tengah hari seperti ini, tetapi demi mengisi perut yang sudah terasa berkurang isinya, apapun makanannya siap kita nikmati.
walaupun susah dapet ikan, tapi tetap dinikmati. Memancing itu melatih kesabaran :D

umpan mancingnya kita pakai keong mas aja, banyak koq di sini.. :D
siap-siap bakar ikan hasil tangkapan. Atau kalau ikannya ga dapet, kita bisa bawa ubi atau singkong ke sini untuk sekedar menikmati ubi atau singkong bakar di pinggir danau. Sensasinya bisa anda rasakan sendiri..
Sebenarnya tak pernah terbayangkan sebelumnya jika sungai Citarum yang pekat akan limbah itu berasal dari tempat seindah ini. Namun melihat kenyataanya memang Tuhan memberikan mata air sejernih di sini kepada kita, Tuhan memberikan nikmatnya kepada kita, hanya kita sebagai manusia yang kurang bersyukur sehingga sebenarnya kita sendirilah yang membuat bencara itu terjadi.

Wednesday, 10 April 2013

Catatan Perjalanan ke Gunung Puntang, Banjaran, Kab. Bandung, 17 September 2012

Dulu sejak jaman SMP, sering sekali saya mendengar tentang Gunung Puntang walaupun hanya dari namanya saja. Yang tergambar di benak saya waktu itu, tempat ini sering dijadikan tempat pelantikan ekstrakurikuler, atau tempat Camp untuk OSPEK. Maklum imajinasi anak SMP memang menggelikan, saya pun menertawakan diri sendiri jika ingat akan hal itu. Selain Puntang, Gunung Malabar juga sering saya dengar sejak belajar Geografi di kelas 4 SD. Katanya terdapat bekas Bangunan Stasiun Radio di sana. Tetapi seiring berjalannya waktu saya coba mencari tahu lebih tentang Gunung yang merupakan Rangkaian dari Gunung Malabar ini. Ya, ilmu tanpa praktek serasa hambar bagi saya. Begitu juga dengan cerita-cerita orang tentang Gunung Puntang terasa kurang asik jika belum pernah berkunjung ke sana. Akhirnya demi melepas rasa penasaran, saya coba untuk menjelajah, hiking ke Gunung Puntang di tanggal 17 September 2012 lalu.

Pagi di kaki gunung Puntang, sinar mentari hangat menyusup, merambat lurus di sela pepohonan

Gunung ini letaknya di Selatan Bandung, di Kecamatan Banjaran, Kab. Bandung. Jika di ukur, jaraknya sekitar 20 km dari tempat tinggal saya di Ciparay. Itu sebabnya saya penasaran dengan Gunung ini.

Bersama rekan-rekan kerja di kantor saya coba menjelajahi Gunung ini di hari Senin. Memang aneh rasanya jalan-jalan di hari Senin, tapi kami mencoba untuk membuat quotes baru "I LOVE MONDAY" karena kebetulan Senin itu kami semua sedang off kerja.

Penjelajahan dimulai dari pertigaan Banjaran- Pangalengan. Kita semua berjumlah 6 orang berkumpul dengan menggunakan sepeda motor menuju rumah Rendi di Desa Cimaung, Banjaran sebagai checkpoint. Di sana kita menyiapkan bekal dan perlengkapan agar kita tidak mengalami kesulitan di Puntang. Tujuan utama sebenarnya adalah menuju Curug Siliwangi. Namun untuk menuju ke sana kita harus melewati medan yang sulit dan juga tidak ada satupun dari kami yang tau persis jalan menuju ke sana.

Akhirnya kami memutuskan untuk menuju lokasi terlebih dahulu sebelum memikirkan jalan menuju Curug Siliwangi. Lokasi yang kami maksud adalah Perkemahan Puntang yang terletak di kaki Gunung Puntang. Dari jalan Raya Banjaran Pangalengan kita berbelok menuju jalan Raya Puntang, lalu berjalan menanjak dengan aspal mulus menempuh jarak sekitar 8 km menuju kaki Gunung Puntang. Disinilah checkpoint kedua, setelah membeli tiket masuk, kami memarkirkan sepeda motor di dekat warung perkemahan lalu mulai menjajal trek menuju Gunung Puntang.


bangunan yang di sebut  "kolam cinta" karena bentuknya seperti hati ini sebetulnya adalah reruntuhan kolam di depan Stasiun Radio Malabar, sebetulnya bentuknya bukan hati, tetapi segitiga arah panah yang menunjuk langsung ke arah negeri Belanda di Eropa
Matahari mulai meninggi, memancarkan sinar hangat tepat ke arah tubuh kami. Di kejauhan nampak reruntuhan bangunan. Yang satu berupa kolam yang sudah kering, hanya tinggal semak dan rerumputan menutupi sisa-sisa bangunannya. Sedangkan yang satu lagi berupa dinding bangunan yang hanya tinggal puing-puingnya saja. Seorang temanku mengatakan itu adalah kolam Cinta. Sedangkan ketika ditanya bangunan yang satunya lagi, dia tidak mengetahuinya. Lalu baru saya ketahui setelahnya bahwa itu adalah bekas bangunan Stasiun Radio Malabar. Stasiun ini terkenal hingga keseluruh dunia pada zamannya. Sedangkan kolam itu adalah kolam yang terletak tepat di depan Stasiun Radio Malabar. Bentuknya memang seperti hati sehingga orang-orang sekarang lebih mengenalnya sebagai kolam cinta. Tetapi sebenarnya bentuknya bukanlah menyerupai hati, tetapi merupakan arah panah yang menunjuk langsung ke arah Negeri Belanda. Memang dulu Stasiun ini digunakan untuk menjalin komunikasi antara Negeri Belanda dan Wilayah Hindia (Indonesia) sehingga dikenalah lagu "Halo-Halo Bandung" yang merupakan kalimat pertama yang diucapkan ketika Stasiun Radio ini difungsikan.

Foto Bangunan Stasiun Radio Malabar ketika masih berdiri. Terlihat kolam didepannya masih terisi air dengan air mancur di tengahnya
Bangunan ini sekarang termasuk dalam wilayah kompleks perkemahan Puntang. Terletak di lembah yang diapit dua Gunung, yakni Gunung Puntang di kiri dan Gunung Halimun di kanan. Keduanya nampak menjulang tinggi, menantang untuk didaki diiringi suara binatang di pagi hari. Udara masih sejuk ketika kami memulai perjalanan tepat pukul 8 pagi. Kami putuskan untuk berjalan menuju Curug Siliwangi dengan menyusuri sungai Cigeureuh karena menurut logika kami, aliran sungai ini berasal dari Curug Siliwangi. Padahal setelah pulang di sore harinya baru kami ketahui sebenarnya kami menempuh jalan yang salah karena aliran sungai ini tidak membawa kami menuju Curug Siliwangi :p

air sungai nya masih jernih, belum tercemar apapun
menyusuri aliran sungai menuju puncak gunung, lelah tak terasa dikalahkan segarnya air pegunungan
sesekali rintangan menghalangi, perjalanan bervariasi mulai dari jalur sungai, darat, hingga menanjak ke puncak bukit
 
Terasa dingin menyegarkan ketika pertama kali mencelupkan kaki ke aliran sungai yang jernih ini. Sepatu kets yang kupakai harus rela basah kuyup tercelup air dingin. Berjalan lincah diantara batu-batu yang licin diiringi gemericik air yang sungguh menyegarkan membuat fresh pikiran. Sesekali dalam perjalanan yang menanjak melawan aliran sungai ini saya membasuhkan air ke wajah. Dalam hati sudah tak tahan ingin mandi, tetapi tujuan awal Curug Siliwangi belum dicapai. Perjalanan berjalan kaki menyusuri sungai ini tak terasa berlangsung selama 3 jam :D
Ulat yang nampak cantik di antara semak pepohonan
airnya bisa langsung di minum lho, segerr..
musti pilih jalur mana yang aman dilewatin  :D
saya ga tau nama latin tanaman ini, yang jelas cantik aja buat difoto..
rehat sejenak mengumpulkan semangat
setelah tiga jam berjalan kaki, mari menghela nafas
bening..bening
Pukul 11.00 kami memutuskan beristirahat sejenak karena jalan didepan sudah semakin berbahaya untuk dilalui. Semak belukar dengan duri-duri beracun yang membuat kulit gatal semakin rapat menutupi jalan di depan. Aliran sungai sudah tidak mungkin dilewati karena terhalang tebing air terjun yang cukup tinggi. Di sini mulailah kami sadar bahwa kami tersesat :D

Kami hanya tertawa geli karena mungkin terlalu lelah dan hanya bisa menertawakan ekspresi konyol kelelahan kami masing-masing :P Akhirnya kami putuskan untuk coba mencari jalan lagi sampai tengah hari. Karena sebenarnya kami masih yakin bisa sampai ke curug Siliwangi berbekal kabar bahwa jarak Curug Siliwangi itu sekitar 3 jam perjalanan jalan kaki dari pintu masuk Puntang.
makin ke atas sungai makin bercabang dan makin bingung mencari jalan
Perjalanan beralih melalui jalan darat dengan menyusuri pinggiran sungai. Kami harus berusaha naik memanjat dengan berpegangan ranting dan rotan karena Sungai tempat tadi kami berjalan di apit dua lembah. Dengan sepatu basah dan licin kami berusaha memanjat tebing yang lumayan tinggi. Merangkak menjadi pilihan terakhir demi mencapai tebing di atas. Dan dengan nafas terengah-engah kami saling menertawakan kondisi tubuh masing-masing :D

Perjalanan kini terasa miring karena kami berjalan di pinggir jurang dengan sungai yang tadi kami susuri di dasarnya. Perjalanan bukannya lebih mudah, malah lebih sulit. Pepohonan dan semak belukar sangat rapat sehingga kami harus membuka jalan baru, menebang semak di hadapan kami.
masih rimbun oleh semak belukar
Tepat menginjak waktu Dzuhur perjalanan berhenti. Kami yang sudah mulai kelelahan mencari tempat untuk beristirahat. Sampailah disuatu tempat yang agak renggang dari pepohonan sehingga kami bisa berembuk membuka bekal masing-masing. Yang ada hanyalah beberapa potong roti, tahu, sedikit nasi dan beberapa buah jambu batu. Menu yang kurang ideal untuk mengisi energi untuk perjalanan pulang, tetapi apa daya perut sudah lapar, semua makanan pun dihajar :D

Seraya menyantap bekal kami bercerita apa yang kami alami masing-masing dan menertawakannya bersama-sama. Ya, sungguh menyenangkan perjalanan kali ini, walau curug Siliwangi itu tak kami temui tapi kesenangan dan keceriaan bisa kami dapat dimana saja.

Tetapi tak lengkap rasanya jika kami pulang tanpa merasakan segarnya air pegunungan. Akhirnya setelah makan dan bersiap pulang kami putuskan untuk memutar arah ke jalan yang tadi kami lewati, menuju tebing tempat air terjun mini berada.
air terjun mini yang menyegarkan
Air terjun mini ini nampak menggoda untuk disinggahi, tak pikir panjang kami pun berebut untuk dihujani guyuran air dingin dari air terjun ini. Rasanya dihujani air terjun setinggi ini sama seperti dipukuli 10 gadis cantik, sakit tetapi menyenangkan :D

Ooh perjalanan di Gunung Puntang kali ini sangat menyenangkan! Tidak percaya? Coba saja sendiri!

loading...
 
Copyright © 2014 Rasendriya Bercerita. Designed by OddThemes