BREAKING NEWS
loading...
loading...

Tuesday 15 September 2015

Hikmah Islam Diturunkan di Negeri Arab

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, dunia di kala itu bisa dikatakan dikuasai dan dikepalai oleh dua negara besar yaitu Persia dan Romawi dan diikuti oleh Yunani dan India. Persia di kala itu merupakan arena pertarungan agama dan filsafat yang beraneka ragam. Pembesar dan pemerintah secara keseluruhan menganut agama Majusi (Zuradisy) yang di dalam ajarannya memperbolehkan pria menikah dengan ibu nya, anak perempuannya atau adik dan saudara perempuannya. Kekaisaran Yazdajrid kedua yang memerintah di pertengahan abad kelima Masehi telah menikah dengan putrinya. Tidak hanya itu saja, malah norma kesusilaan dan sopan-santun sudah melenceng dari garis-garis yang bersifat kemanusiaan.

Berdasarkan apa yang ditegaskan oleh Al Imam Al Shahras-tani dalam kitabnya yang berjudul Al-Milal Wa Al-Nihal, terdapat sebuah ajaran agama Mazdak yang menyebut bahwa kebebasan kaum wanita tiada batasnya. Begitu juga dengan kebebasan menggunakan harta benda dan seterusnya membuat wanita dan harta benda ini menjadi hak milik bersama, tidak ubah seperti air, api dan rumput dimana semua manusia bisa berbagi tanpa pembatasan. 

Ajaran ini mendapat sambutan yang begitu hangat dari kalangan mereka yang memang berkeyakinan demikian. Kerajaan Romawi (Roma) pula begitu meluap-luap dengan jiwa dan semangat penjajahan dan bergelut dalam persengketaan agama dengan pihak Kristen negeri Syam (Suriah) dan Mesir. la bergantung penuh kepada kekuatan angkatan tentaranya dan cita-cita penjajahannya yang berkobar-kobar dalam rangka percobaan memodernisasikan agama Kristen untuk disesuaikan dengan tujuan mencapai cita-cita dan kemauannya

Negara ini juga berada dalam kekacauan dari negara Persia, yang hidup dengan segala kemewahan yaitu kemewahan dalam kemerosotan ekonomi dan pemerasan terhadap rakyat jelata. Kenaikan pajak yang begitu melambung tinggi merupakan suatu gejala yang biasa dan telah menjadi satu lumrah. Yunani tua pun tenggelam ke dasar lautan khurafat dan dongeng yang tidak memberikan manfaat dan natijah yang berguna sama sekali. Negara India pun di kala itu menurut Professor Abul Hassan Al Nadwi telah menegaskan bahwa sejarawan dan penulis bulat mengatakan yang India di awal abad keenam Masehi telah terlantar ke lembah kemeroosotan agama, akhlak dan kemasyarakatan. India bersama tetangga dan saudaranya turut serta berpartisipasi dalam memerosotkan akhlak dan kemasyarakatan.

Perlu kita ketahui bahwa faktor-faktor yang menyeret bangsa ini ke lembah kerusakan dan perpecahan adalah kemajuan dan peradaban yang berbasis pada materialisme semata. Peradaban ini tidak mengambil contoh-contoh ma'nawi dan akhlak yang sempuma sebagai landasan dan dasar kemajuan. Peradaban dan kemajuan materi dengan aneka sebab-akibat yang timbul darinya hanyalah tidak lebih dari kesia-siaan lantaran kemiskinan hati dan kemajuan yang dicapai itu telah membawa kehidupan manusia mengalir ke danau kecelakaan dan kekacauan. Sebaliknya jika ahli pikirnya memiliki akal pikiran yang baik dan pertimbangan yang seksama maka peradaban dan kemajuan tadi merupakan jalan jalan yang indah serta mudah pula menuju ke arah kesenangan dalam semua pola dan aspek hidup. Biasanya hal ini tidak akan lahir kecuali melalui agama dan wahyu Ilahi saja.



Semenanjung Arab di masa itu merupakan suatu daerah yang tenang, jauh dan terpencil dari gejala kekacauan tadi. Bangsanya tidak pemah merasakan kemewahan dan kemajuan seperti Persia yang bisa membawa mereka ke arah kerusakan dan keruntuhan akhlak dan tidak pula mengagungkan kekuatan militer yang memungkinkan mereka menjajah negara-negara di sekitamya. Mereka juga tidak menganut filsafat dan ideologi yang jenisnya seperti Yunani Tua yang menyebabkan mereka menjadi korban dongeng dan khurafat.




Tabi'at alami mereka ini tidak ubah seperti suatu "bahan mentah" yang belum pernah tersentuh corak kebudayaan manapun yang bisa dibayangkan pemikirannya masih alami dan mudah untuk dibimbing ke arah pembentukan manusia yang terpuji yang rnempunyai sifat amanah, pemurah, suka menolong dan membenci kezaliman. Apa yang mereka perlu hanyalah pengetahuan yang dapat menyinari jalan-jalan ke arah tersebut karena mereka ini hidup dalam kebodohan. Kebanyakan mereka telah sesat untuk sampai ke arah kemanusiaan yang sebenamya. Mereka membunuh anak perempuan karena ingin menjaga martabat, menghabiskan uang yang banyak dengan harapan menginginkan kemuliaan dan berperang dengan sesama manusia dengan tujuan mempertahankan kehormatan.

Semuanya ini telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu Wata'ala di dalam Al-Qur'an:



"Dan sesungguhnya kamu sebelum hari ini adalah dan golongan orang-orang yang telah sesat". (QS Al-Baqarah Ayat 198)

Penegasan ini lebih merupakan udzur dan kemaafan bagi mereka dari penghinaan ke atas mereka. Ini adalah mengingat bangsa-bangsa lain telah menggunakan peradaban dan kemajuan mereka sebagai alat menuju kerusakan sedangkan mereka ini sadar malah berencana sedemikian. Selain semuanya ini, Semenanjung Arab di segi posisi muka buminya pula terletak di pertengahan bangsa-bangsa tersebut (yaitu Persia dan Roma) yang bergolak di sekelilingnya. Muhammad Al Mubarak seorang professor Mesir telah mengutarakan pendapat dengan katanya:

'"Orang yang mengamati dan memandang kepada bangsa' Arab akan dapat melihat bagaimanakah bangsa Arab bisa berdiri di masa silam di tengah-tengah dua peradaban yang melebar di kiri kanan. Di sebelah kirinya peradaban barat yang berlebihan telah mencoba mendapatkan gambaran dan gambar manusia dengan alirannya yang kering pucat tak berhias dan tidak berjejas dengan fakta keinsanannya. Di sebelah kanannya pula peradaban spiritual dan kejiwaan yang melambung ke alam khayalan seperti yang ada di India, Cina dan sebagainya. "

Setelah kita dapat menggambarkan keadaan bangsa'Arab dan semenanjungnya sebelum Islam juga hal kondisi bangsa-bangsa lain yang mengelilinginya maka mudahlah bagi kita menyingkap di sebaliknya apakah hikmah Allah mengutus Rasul utusan di Semenanjung Arab itu dan bangsa 'Arab pula merupakan golongan pertama buat merintis jalan-jalan ke arah penyebaran obor seruan da'wah 

Islamiyah yang kini telah dianut oleh umat manusia di seluruh alam. Bukanlah sebagaimana yang disangka oleh setengah-se-tengah orang yang mengatakan bahwa pengikut-pengikut agama yang sesat adalah sulit untuk mengobati jiwa mereka dan sulit memberi tunjuk ajar karena mereka ini ta'sub (fanatik) dan membanggakan keburukan, kehancuran dan kehancuran yang pada sangkaan mereka semuanya baik. Sedangkan mengubah dan memberi bimbingan kepada mereka yang sedang mencari-cari kebenaran lebih mudah karena mereka ini sama sekali tidak menafikan kejahilan mereka sendiri dan tidak pula membanggakan atau bermegah-megah dengan hasil peradaban karena mereka langsung tidak memiliki peradaban. Golongan ini paling mudah sekali untuk diperbaiki dan diberi dorongan kepada mereka. Bagi kita bukanlah ini yang dikatakan hikmat Ilahi, karena penganalisaan yang seumpama ini hanya tepat bagi mereka yang memiliki daya dan energi yang terbatas saja, memilih yang senang dan meninggalkan yang susah karena tidak menginginkan lelah. Andaikata Allah ingin menjadikan pancaran da'wah Islamiyyah di setiap bagian di Persia atau di Roma atau di India bersinar cemerlang maka sudah pasti pula Allah akan menyediakan fasilitas dan cara-cara sehingga berhasil da'wahnya seperti mana yang terjadi di Semenanjung Arab. Soal ini tidak pula menjadi beban, karena Allah Subhanahu Wata'alah Pencipta 'alam semesta. Namun hikmah Allah memilih Semenanjung Arab dan Rasul utusan itu tadi (seorang yang buta huruf - tidak bisa membaca dan menulis seperti mana yang dijelaskan oleh Allah dalam Kitab SudNya) agar manusia seluruhnya tidak merasa kecurigaan terhadap kenabian dan kerasulannya.

Sebagai penutup dan epilog ke hikmah Allah adalah suasana lingkungan tempat Rasulullah diutus di mana di dalamnya ada suatu biah (suasana) buta huruf juga dan jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain yang hidup di sekelilingnya mereka juga belum pernah dimasuki dan diracuni oleh setiap peradaban, pemikiran dan kerumitan filsafat yang berserabut.

Di antara hikmat Ilahi juga ialah menghindarkan perasaan kecurigaan manusia apakah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini bisa membaca dan mempelajari kitab-kitab lama yang berisi sejarah manusia purba dan tamaddunnegara tetangga dan menghindarkan juga sangkaan buruk terhadap Muhammad jika dakwah Islamiyyah ini timbul di kalangan umat manusia yang bertamaddun dan memiliki filosofi seperti Persia, Yunani Tua atau Romawi. Alasannya sangkaan buruk ini akan memberikan suatu gambaran yang buruk yaitu dari seri peradaban dan filsafat yang terakhir dalambentuk tamaddun yang murni serta kemas
dengan hukum yang lengkap. Hikmah-hikmah Ilahi ini telah dijelaskan dengan
tegas dan jelasnya dalam Al-Qur'an:

"Dialah (Allah) yang telah mengutus di kelompok buta huruf seorang utusan dari kalangan mereka (untuk) menyampaikan kepada mereka ayat-ayatNya dan menjauhkan mereka dari syirik dan mengajarkan mereka kitab-kitab dan hikmat, dan sesungguhnya mereka itu sebelumnya dalam kesesatan yang amat sangat. " (Al-Jumu'ah 62: 2)

Sudah kehendak Allah mengutus utusanNya yang buta huruf, begitu juga bangsa yang akan timbul Rasul di kalangannya juga satu bangsa yang kebanyakan buta huruf, agar mukjizat kenabian dan syari'at Islam itu terjulang nampak dan jelas di antara dogma-dogma dan seruan manusia lain yang beranika pola.

Di sana ada hikmat Ilahi yang lain, dan dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Seperti yang diketahui di mana Allah Subhanahu Wata'ala telah membuat Baitui Haram itu fokus dan kesejahteraan untuk seluruh umat dan merupakan rumah yang pertama untuk manusia beribadat serta mempraktekkan rukun-rukun agama. Sesungguhnya lembah Makkah ini telah menjalankan dan melaksanakan seruan tua para Anbiya 'yaitu Sayyidina Ibrahim 'Alaihi sallam. Tepat dan salah tempat di mana daerah yang mulia ini menjadi muara seruan agama Islam yang pertama yaitu | agama Nabi Ibrahim dan juga tempat pengutusan Nabi yang terakhir.
  2. Di segi posisi ilmu alam maka semenanjung 'Arab ini telah dipilih untuk beban tanggung jawab da'wah Islamiyyah, karena situasi dan posisinya di tengah-tengah berbagai bangsa. Ini menyebabkan penyebaran da'wah Islamiyah di kalangan bangsa-bangsa dan negara yang di sekelilingnya menyebar dengan mudah. Ini temyati sekali bila kita mengkaji kembali perjalanan da'wah Islamiyyah di zaman awal dan di zaman khulafa alRashidin. Memang tepat seperti yang ditegaskan tadi.
  3. Dan sebagai hikmat Ilahi juga yang menjadikan bahasa Arab itu sebagai media da'wah Islamiyyah dan bahasa yang pertama buat menerang dan menafsirkan percakap-an atau kalam Allah 'Azza wa jalla untuk disampaikan kepadakita.
Kalau kita perhatikan dengan teliti tentang keistimewaan bahasa diikuti dengan satu perbandingan dengan bahasa 'Arab maka dengan jelas kita temukan yang bahasa' Arab memiliki banyak keistimewaan yang sulit ditemukan dalam bahasa-bahasa lain. Maka sudah layak baginya untuk menjadi bahasa yang pertama dan utama untuk umat Islam di mana mereka berada.

Share this:

Post a Comment

loading...
 
Copyright © 2014 Rasendriya Bercerita. Designed by OddThemes