BREAKING NEWS
loading...
loading...

Saturday 14 March 2015

Jalan-Jalan ke Alun-Alun Bandung, Menikmati Keindahan Taman Masjid Raya Bandung Propinsi Jawa Barat Di Malam Hari



Bandung memang kota yang punya banyak pesona menarik. Tak heran banyak sekali wisatawan yang ingin berkunjung ke kota yang menjadi ibukota Propinsi Jawa Barat ini. Sepertinya Bandung tidak pernah tidur. Siang Malam kota ini selalu ramai dilalui oleh lalu lalang orang-orang. Wisata belanja, wisata alam, dan juga wisata kulinernya mampu menarik banyak orang untuk selalu berkunjung ke kota ini lagi dan lagi.

Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke kota Bandung membuat pembangunan di kota ini begitu pesat, terutama pembangunan hotel-hotel. Jarak Bandung dari Jakarta sebagai ibu kota negara yang bisa ditempuh hanya dengan 2 jam perjalanan darat menggunakan mobil melalui jalan tol Cipularang membuat wisatawan semakin mudah berkunjung ke Bandung, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara.

Semenjak pemerintahan Walikota Bandung Ridwan Kamil, Bandung mulai berbenah membangun taman-taman dan ruang terbuka hijau. Banyaknya wisatawan yang datang setiap hari dan mencapai puncaknya di akhir pekan membuat kota Bandung semakin sering dilanda kemacetan. Untuk itu hadirnya ruang terbuka hijau di tengah kota Bandung ini bagaikan angin segar, terutama bagi warga asli kota Bandung. Salah satu taman yang baru saja diresmikan dan paling banyak dikunjungi adalah Taman Masjid Raya Jawa Barat yang terletak di halaman Masjid Raya Jawa Barat atau Masjid Agung. Warga masyarakat kota Bandung lebih suka menyebutnya sebagai Alun-Alun Bandung.

Masjid Raya Bandung Jawa Barat sebelumnya bernama Masjid Agung dibangun pertama kali pada tahun 1810 dan dibuka pada tahun 1812. Masjid Agung Bandung dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak (Dayeuh Kolot di Kabupaten Bandung), sekitar sepuluh kilometer Selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang. Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhlu. Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.

Setahun setelah kebakaran, pada tahun 1826 dilakukan perombakkan terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik bambu serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi tahun 1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika). Masjid kecil tersebut mengalami perombakkan dan perluasan atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti dengan genteng sedangkan didingnya diganti dengan tembok batu-bata.

Ilustrasi Mesjid Agung Bandung oleh W. Spreat 1852 dalam buku De Zieke Reiziger via wikipedia

Kemegahan Masjid Agung Bandung waktu itu sampai-sampai di-abadikan dalam lukisan pelukis Inggris bernama W Spreat pada tahun 1852. Dari lukisan tersebut, terlihat atap limas besar bersusun tiga tinggi menjulang dan mayarakat menyebutnya dengan sebutan bale nyungcung. Kemudian bangunan masjid kembali mengalami perubahan pada tahun 1875 dengan penambahan pondasi dan pagar tembok yang mengelilingi masjid

Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bandung menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak umat seperti pengajian, perayaan Muludan, Rajaban atau peringatan hari besar Islam lain bahkan digunakan sebagai tempat dilangsungkan akad nikah. Sehingga pada tahun 1900 untuk melengkapinya sejumlah perubahan pun dilakukan seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di samping kiri dan kanan).

Masjid Agung Bandung pada tahun 1929, dengan corak khas Sunda via wikipedia


Kemudian pada tahun 1930, perombakan kembali dilakukan dengan membangun pendopo sebagai teras masjid serta pembangunan dua buah menara pada kiri dan kanan bangunan dengan puncak menara yang berbentuk persis seperti bentuk atap masjid sehingga semakin mempercatik tampilan masjid. Konon bentuk seperti ini merupakan bentuk terakhir Masjid Agung Bandung dengan kekhasan atap berbentuk nyungcung.

Menjelang konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung mengalamai perombakan besar-besaran. Atas rancangan Presiden RI pertama, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total diantaranya kubah dari sebelumnya berbentuk “nyungcung” menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang.

Masjid Agung Bandung dan Alun-alun Bandung tahun 1955-1970 via wikipedia

Selain itu menara di kiri dan kanan masjid serta pawestren berikut teras depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanyalah sebuah ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit. Keberadaan Masjid Agung Bandung yang baru waktu itu digunakan untuk shalat para tamu peserta Konferensi Asia Afrika.

Kubah berbentuk bawang rancangan Sukarno hanya bertahan sekitar 15 tahun. Setelah mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang dan pernah diperbaiki pada tahun 1967, kemudian kubah bawang diganti dengan bentuk bukan bawang lagi pada tahun 1970.

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Terdapat ruang basement sebagai tempat wudlu, lantai dasar tempat shalat utama dan kantor DKM serta lantai atas difungsikan untuk mezanin yang berhubungan langsung dengan serambi luar. Di depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti bawang dan atap kubah masjid berbentuk Joglo.

Tempat ini kini disulap menjadi ruang terbuka hijau yang nyaman. Walaupun menggunakan rumput sintetis, namun tempat ini bagaikan oasis di tengah kemacetan di jalan-jalan sekitar Alun-Alun Bandung. Karena berada dipusat kota dan pusat keramaian tempat ini menjadi taman yang paling banyak dikunjungi baik pada siang maupun malam hari.



Jika di siang hari datanglah di pagi atau sore hari. Hindari saat tengah hari karena panas terik membuat rumput sintetis menjadi sangat panas dan tidak nyaman untuk diinjak. Jangan lupa untuk menikmati ketenangan solat di masjid Raya Jawa Barat ini. 

Eksotisme Masjid Raya Bandung saat malam hari

Di malam hari, tempat ini menawarkan pemandangan tersendiri. Cobalah untuk berkunjung ke tempat ini selepas solat magrib. Lampu-lampu yang ditata sedemikian rupa membuat taman ini begitu eksotis. Dengan hawa sejuk khas kota Bandung, tempat ini cocok untuk anda kunjungi saat menghabiskan malam di kota Bandung.


Terdapat beberapa kursi dan meja berjejer untuk menikmati makanan dan minuman. Pastikan kendaraan yang anda bawa diparkir di basement tepat dibawah taman ini. Buanglah sampah pada tempat sampah yang banyak terdapat di beberapa tempat di taman ini. Sebagai warga kota yang baik dan juga sebagai wisatawan yang baik, anda harus selalu menjaga kebersihan di manapun tempat yang anda kunjungi.


Share this:

1 comment :

  1. aku dulu main kesana pas sore hari jadi belum tahu keadaan malam hari

    ReplyDelete

loading...
 
Copyright © 2014 Rasendriya Bercerita. Designed by OddThemes