BREAKING NEWS
loading...
loading...
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Friday, 6 May 2016

Kisah Peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Makkah Al Mukarramah ke Bait Al Maqdis pada malam hari. Sementara Miraj adalah naiknya beliau ke atas langit. Hal itu terjadi dengan jasad beliau yang mulia dan ruhnya yang suci.


Peristiwa Isra disebutkan dalam Al Quran

Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Al-Isra 17:1)


Adapun peristiwa Miraj disebutkan dalam Al Quran surat Al Najm dari ayat 7-18, Allah berfirman

Sedang dia berada di ufuk yang tinggi, kemudian dia mendekat (pada Muhammad) lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (kepada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kaum musyrik Makkah hendak membantahnya tentang apa yang dilihatnya itu? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (Yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari apa yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar (QS Al Najm 53:7-18)


Tapi ada juga yang berpendapat bahwa yang disebutkan pada ayat-ayat tadi bukanlah tentang peristiwa Isra Miraj.


Ada perbedaan pendapat mengenai waktu terjadinya Isra Miraj. Ada yang menyebutkan Isra Miraj terjadi pada tahun ketika Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rasul. Ada yang mengatakan tahun ke 5 kenabian. Ada juga yang berpendapat pada 27 Rajab tahun 10 kenabian. Ada yang mengatakan terjadinya pada 17 Ramadhan tahun ke 12 kenabian. Adapula yang berpendapat terjadi pada bulan Muharram atau pada 17 Rabiul Awal tahun ke 13 kenabian.


Sementara mengenai detail kisah Isra Miraj dari riwayat-riwayat yang sahih dapat diringkas sebagai berikut


Sesungguhnya Malaikat Jibril datang mengendarai Buraq, sejenis hewan yang lebih tinggi daripada keledai dan lebih pendek daripada kuda, yang dapat menjejakkan kukunya (melangkah) sejauh pandangannya. Nabi Muhammad SAW saat itu sedang berada di Masjid Al Haram. Beliau menaiki Buraq hingga sampai ke Bait Al Maqdis bersama malaikat Jibril. Kemudian beliau mengikat Buraq dengan tali yang biasa dipakai para nabi


Rasulullah lalu masuk ke Masjid Al-Aqsha melaksanakan shalat dua rakaat. Di kedua tempat itu beliau mengimami para nabi. Kemudian Jibril membawakan beliau satu bejana berisi khamr dan satu berisi susu. Beliau lalu memilih susu. Jibril pun berkata "Engkau telah memilih fitrah (kesucian). Engkau telah menunjukkan kebenaran kepada umatmu. Karena jika engkau memilih khamr, berarti engkau telah menyesatkan umatmu"


Rasulullah selanjutnya melaksanakan perjalanan Miraj naik dari Bait Al Maqdis ke langit dunia. Jibril meminta agar dibukakan pintu langit pertama untuk beliau, maka pintu itu pun dibuka. Rasulullah SAW bertemu Nabi Adam a.s dan memberi salam kepadanya. Nabi Adam membalas salam beliau. Nabi Adam menyambut Rasulullah SAW dan mendoakan kebaikan untuk beliau. Di sebelah kanan Nabi Adam adalah para penghuni surga. Jika melihat ke sebelah kanannya, dia tersenyum. Mereka adalah ruh orang-orang yang berbahagia. Dan di sebelah kiri Nabi Adam adalah para penghuni neraka. Jika melihat ke sebelah kirinya, Nabi Adam pun menangis. Mereka adalah orang-orang yang menderita.


Rasulullah selanjutnya naik ke langit kedua. Malaikat Jibril meminta agar dibukakan pintu untuk beliau. Setelah pintu dibuka, Rasullullah SAW bertemu dengan sepupunya yaitu Nabi Yahya bin Zakariya a.s dan Nabi Isa bin Maryam a.s. Rasulullah lalu memberi salam kepada keduanya dan keduanya pun menjawab salam, menyambut dan mendoakan kebaikan kepada beliau


Nabi Muhammad kemudian naik lagi ke langit ke tiga dan bertemu dengan Nabi Yusuf a.s yang telah diberi bagian kebaikan. Beliau memberi salam kepadanya dan dia pun membalas salam, menyambut dan mendoakan kebaikan untuk beliau.


Nabi Muhammad kemudian naik lagi ke langit ke empat dan bertemu dengan Nabi Idris a.s yang telah diberi bagian kebaikan. Beliau memberi salam kepadanya dan dia pun membalas salam, menyambut dan mendoakan kebaikan untuk beliau.


Nabi Muhammad kemudian naik lagi ke langit ke lima dan bertemu dengan Nabi Harun a.s yang telah diberi bagian kebaikan. Beliau memberi salam kepadanya dan dia pun membalas salam, menyambut dan mendoakan kebaikan untuk beliau.


Nabi Muhammad kemudian naik lagi ke langit ke enam dan bertemu dengan Nabi Musa bin Harun yang telah diberi bagian kebaikan. Beliau memberi salam kepadanya dan dia pun membalas salam, menyambut dan mendoakan kebaikan untuk beliau. Ketika Nabi Muhammad SAW melewatinya, Nabi Musa pun menangis. Maka Rasulullah SAW bertanya "Apa yang membuatmu menangis?"


Bersambung








Saturday, 26 September 2015

Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Syuaib Bani Hasyim, Makkah dipagi hari, Senin tanggal 9 Rabiul Awal dipermulaan tahun Gajah. Ini bertepatan dengan tahun keempat puluh dalam pemerintahan Raja Kisra Anu Syirwan. Menurut perkiraan Ulama Agung Muhammad Sulaiman al-Mansurpuri dan ahli ilmu Falak Mahmud Basya Nabi Muhammad lahir bertepatan sekitar tanggal 20 atau 22 April tahun 571 Masehi



Ibn Sa'ad meriwayatkan bahwa ibu Rasulullah SAW, Siti Aminah menceritakan, "Ketika ku melahirkannya, satu cahaya telah keluar dari arah rahimku, menerangi tempat kami di negeri Syam", periwayatannya hampir sama dengan apa yang diriwayatkan oleh al-Irbadh bin Sariah. 

Beberapa tanda-tanda kebangkitan seorang Rasul telah terjadi beberapa saat, sebelum kelahiran Rasulullah, di antaranya runtuhnya empat belas teras dewan Kisra Persia, terpadamnya api yang disembah penganut agama majusi, robohnya gereja-gereja di sekitar Danau Sawah yang sebelumnya penuh sesak dengan para pengunjung. Hal ini diriwayatkan oleh AlBaihaqi, tetapi tidak disetujui oleh Muhammad al-Ghazali.

Setelah Beliau dilahirkan, ibunya Siti Aminah segera memberi tahu kepada kakek Baginda Abdul Mutalib mengenai kabar yang baik itu. Saat itu Abdul Mutalib langsung mengambil dan membawa Baginda kedalam Ka'bah, untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah. Beliau telah memilih nama "Muhammad" sebagai nama kepada cucunya, nama itu tidak pernah diberikan kepada siapa pun oleh bangsa Arab sebelum ini. Nabi Muhammad SAW juga dalam keadaan telah disunat ketika dilahirkan.

Orang pertama yang menyusui Nabi setelah ibunya, adalah dari Thuwaibah hamba Abu Lahab bersama anaknya bemama Masruh dengan itu ia menjadi saudara sepenyusuan dengan Baginda, sebelum ini Thuwaibah juga telah menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib setelah beliau Abu Salamah bin Abdul al-Asad al-Makhzumi.

Tuesday, 15 September 2015

Hikmah Islam Diturunkan di Negeri Arab

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, dunia di kala itu bisa dikatakan dikuasai dan dikepalai oleh dua negara besar yaitu Persia dan Romawi dan diikuti oleh Yunani dan India. Persia di kala itu merupakan arena pertarungan agama dan filsafat yang beraneka ragam. Pembesar dan pemerintah secara keseluruhan menganut agama Majusi (Zuradisy) yang di dalam ajarannya memperbolehkan pria menikah dengan ibu nya, anak perempuannya atau adik dan saudara perempuannya. Kekaisaran Yazdajrid kedua yang memerintah di pertengahan abad kelima Masehi telah menikah dengan putrinya. Tidak hanya itu saja, malah norma kesusilaan dan sopan-santun sudah melenceng dari garis-garis yang bersifat kemanusiaan.

Berdasarkan apa yang ditegaskan oleh Al Imam Al Shahras-tani dalam kitabnya yang berjudul Al-Milal Wa Al-Nihal, terdapat sebuah ajaran agama Mazdak yang menyebut bahwa kebebasan kaum wanita tiada batasnya. Begitu juga dengan kebebasan menggunakan harta benda dan seterusnya membuat wanita dan harta benda ini menjadi hak milik bersama, tidak ubah seperti air, api dan rumput dimana semua manusia bisa berbagi tanpa pembatasan. 

Ajaran ini mendapat sambutan yang begitu hangat dari kalangan mereka yang memang berkeyakinan demikian. Kerajaan Romawi (Roma) pula begitu meluap-luap dengan jiwa dan semangat penjajahan dan bergelut dalam persengketaan agama dengan pihak Kristen negeri Syam (Suriah) dan Mesir. la bergantung penuh kepada kekuatan angkatan tentaranya dan cita-cita penjajahannya yang berkobar-kobar dalam rangka percobaan memodernisasikan agama Kristen untuk disesuaikan dengan tujuan mencapai cita-cita dan kemauannya

Negara ini juga berada dalam kekacauan dari negara Persia, yang hidup dengan segala kemewahan yaitu kemewahan dalam kemerosotan ekonomi dan pemerasan terhadap rakyat jelata. Kenaikan pajak yang begitu melambung tinggi merupakan suatu gejala yang biasa dan telah menjadi satu lumrah. Yunani tua pun tenggelam ke dasar lautan khurafat dan dongeng yang tidak memberikan manfaat dan natijah yang berguna sama sekali. Negara India pun di kala itu menurut Professor Abul Hassan Al Nadwi telah menegaskan bahwa sejarawan dan penulis bulat mengatakan yang India di awal abad keenam Masehi telah terlantar ke lembah kemeroosotan agama, akhlak dan kemasyarakatan. India bersama tetangga dan saudaranya turut serta berpartisipasi dalam memerosotkan akhlak dan kemasyarakatan.

Perlu kita ketahui bahwa faktor-faktor yang menyeret bangsa ini ke lembah kerusakan dan perpecahan adalah kemajuan dan peradaban yang berbasis pada materialisme semata. Peradaban ini tidak mengambil contoh-contoh ma'nawi dan akhlak yang sempuma sebagai landasan dan dasar kemajuan. Peradaban dan kemajuan materi dengan aneka sebab-akibat yang timbul darinya hanyalah tidak lebih dari kesia-siaan lantaran kemiskinan hati dan kemajuan yang dicapai itu telah membawa kehidupan manusia mengalir ke danau kecelakaan dan kekacauan. Sebaliknya jika ahli pikirnya memiliki akal pikiran yang baik dan pertimbangan yang seksama maka peradaban dan kemajuan tadi merupakan jalan jalan yang indah serta mudah pula menuju ke arah kesenangan dalam semua pola dan aspek hidup. Biasanya hal ini tidak akan lahir kecuali melalui agama dan wahyu Ilahi saja.



Semenanjung Arab di masa itu merupakan suatu daerah yang tenang, jauh dan terpencil dari gejala kekacauan tadi. Bangsanya tidak pemah merasakan kemewahan dan kemajuan seperti Persia yang bisa membawa mereka ke arah kerusakan dan keruntuhan akhlak dan tidak pula mengagungkan kekuatan militer yang memungkinkan mereka menjajah negara-negara di sekitamya. Mereka juga tidak menganut filsafat dan ideologi yang jenisnya seperti Yunani Tua yang menyebabkan mereka menjadi korban dongeng dan khurafat.




Tabi'at alami mereka ini tidak ubah seperti suatu "bahan mentah" yang belum pernah tersentuh corak kebudayaan manapun yang bisa dibayangkan pemikirannya masih alami dan mudah untuk dibimbing ke arah pembentukan manusia yang terpuji yang rnempunyai sifat amanah, pemurah, suka menolong dan membenci kezaliman. Apa yang mereka perlu hanyalah pengetahuan yang dapat menyinari jalan-jalan ke arah tersebut karena mereka ini hidup dalam kebodohan. Kebanyakan mereka telah sesat untuk sampai ke arah kemanusiaan yang sebenamya. Mereka membunuh anak perempuan karena ingin menjaga martabat, menghabiskan uang yang banyak dengan harapan menginginkan kemuliaan dan berperang dengan sesama manusia dengan tujuan mempertahankan kehormatan.

Semuanya ini telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu Wata'ala di dalam Al-Qur'an:



"Dan sesungguhnya kamu sebelum hari ini adalah dan golongan orang-orang yang telah sesat". (QS Al-Baqarah Ayat 198)

Penegasan ini lebih merupakan udzur dan kemaafan bagi mereka dari penghinaan ke atas mereka. Ini adalah mengingat bangsa-bangsa lain telah menggunakan peradaban dan kemajuan mereka sebagai alat menuju kerusakan sedangkan mereka ini sadar malah berencana sedemikian. Selain semuanya ini, Semenanjung Arab di segi posisi muka buminya pula terletak di pertengahan bangsa-bangsa tersebut (yaitu Persia dan Roma) yang bergolak di sekelilingnya. Muhammad Al Mubarak seorang professor Mesir telah mengutarakan pendapat dengan katanya:

'"Orang yang mengamati dan memandang kepada bangsa' Arab akan dapat melihat bagaimanakah bangsa Arab bisa berdiri di masa silam di tengah-tengah dua peradaban yang melebar di kiri kanan. Di sebelah kirinya peradaban barat yang berlebihan telah mencoba mendapatkan gambaran dan gambar manusia dengan alirannya yang kering pucat tak berhias dan tidak berjejas dengan fakta keinsanannya. Di sebelah kanannya pula peradaban spiritual dan kejiwaan yang melambung ke alam khayalan seperti yang ada di India, Cina dan sebagainya. "

Setelah kita dapat menggambarkan keadaan bangsa'Arab dan semenanjungnya sebelum Islam juga hal kondisi bangsa-bangsa lain yang mengelilinginya maka mudahlah bagi kita menyingkap di sebaliknya apakah hikmah Allah mengutus Rasul utusan di Semenanjung Arab itu dan bangsa 'Arab pula merupakan golongan pertama buat merintis jalan-jalan ke arah penyebaran obor seruan da'wah 

Islamiyah yang kini telah dianut oleh umat manusia di seluruh alam. Bukanlah sebagaimana yang disangka oleh setengah-se-tengah orang yang mengatakan bahwa pengikut-pengikut agama yang sesat adalah sulit untuk mengobati jiwa mereka dan sulit memberi tunjuk ajar karena mereka ini ta'sub (fanatik) dan membanggakan keburukan, kehancuran dan kehancuran yang pada sangkaan mereka semuanya baik. Sedangkan mengubah dan memberi bimbingan kepada mereka yang sedang mencari-cari kebenaran lebih mudah karena mereka ini sama sekali tidak menafikan kejahilan mereka sendiri dan tidak pula membanggakan atau bermegah-megah dengan hasil peradaban karena mereka langsung tidak memiliki peradaban. Golongan ini paling mudah sekali untuk diperbaiki dan diberi dorongan kepada mereka. Bagi kita bukanlah ini yang dikatakan hikmat Ilahi, karena penganalisaan yang seumpama ini hanya tepat bagi mereka yang memiliki daya dan energi yang terbatas saja, memilih yang senang dan meninggalkan yang susah karena tidak menginginkan lelah. Andaikata Allah ingin menjadikan pancaran da'wah Islamiyyah di setiap bagian di Persia atau di Roma atau di India bersinar cemerlang maka sudah pasti pula Allah akan menyediakan fasilitas dan cara-cara sehingga berhasil da'wahnya seperti mana yang terjadi di Semenanjung Arab. Soal ini tidak pula menjadi beban, karena Allah Subhanahu Wata'alah Pencipta 'alam semesta. Namun hikmah Allah memilih Semenanjung Arab dan Rasul utusan itu tadi (seorang yang buta huruf - tidak bisa membaca dan menulis seperti mana yang dijelaskan oleh Allah dalam Kitab SudNya) agar manusia seluruhnya tidak merasa kecurigaan terhadap kenabian dan kerasulannya.

Sebagai penutup dan epilog ke hikmah Allah adalah suasana lingkungan tempat Rasulullah diutus di mana di dalamnya ada suatu biah (suasana) buta huruf juga dan jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain yang hidup di sekelilingnya mereka juga belum pernah dimasuki dan diracuni oleh setiap peradaban, pemikiran dan kerumitan filsafat yang berserabut.

Di antara hikmat Ilahi juga ialah menghindarkan perasaan kecurigaan manusia apakah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini bisa membaca dan mempelajari kitab-kitab lama yang berisi sejarah manusia purba dan tamaddunnegara tetangga dan menghindarkan juga sangkaan buruk terhadap Muhammad jika dakwah Islamiyyah ini timbul di kalangan umat manusia yang bertamaddun dan memiliki filosofi seperti Persia, Yunani Tua atau Romawi. Alasannya sangkaan buruk ini akan memberikan suatu gambaran yang buruk yaitu dari seri peradaban dan filsafat yang terakhir dalambentuk tamaddun yang murni serta kemas
dengan hukum yang lengkap. Hikmah-hikmah Ilahi ini telah dijelaskan dengan
tegas dan jelasnya dalam Al-Qur'an:

"Dialah (Allah) yang telah mengutus di kelompok buta huruf seorang utusan dari kalangan mereka (untuk) menyampaikan kepada mereka ayat-ayatNya dan menjauhkan mereka dari syirik dan mengajarkan mereka kitab-kitab dan hikmat, dan sesungguhnya mereka itu sebelumnya dalam kesesatan yang amat sangat. " (Al-Jumu'ah 62: 2)

Sudah kehendak Allah mengutus utusanNya yang buta huruf, begitu juga bangsa yang akan timbul Rasul di kalangannya juga satu bangsa yang kebanyakan buta huruf, agar mukjizat kenabian dan syari'at Islam itu terjulang nampak dan jelas di antara dogma-dogma dan seruan manusia lain yang beranika pola.

Di sana ada hikmat Ilahi yang lain, dan dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Seperti yang diketahui di mana Allah Subhanahu Wata'ala telah membuat Baitui Haram itu fokus dan kesejahteraan untuk seluruh umat dan merupakan rumah yang pertama untuk manusia beribadat serta mempraktekkan rukun-rukun agama. Sesungguhnya lembah Makkah ini telah menjalankan dan melaksanakan seruan tua para Anbiya 'yaitu Sayyidina Ibrahim 'Alaihi sallam. Tepat dan salah tempat di mana daerah yang mulia ini menjadi muara seruan agama Islam yang pertama yaitu | agama Nabi Ibrahim dan juga tempat pengutusan Nabi yang terakhir.
  2. Di segi posisi ilmu alam maka semenanjung 'Arab ini telah dipilih untuk beban tanggung jawab da'wah Islamiyyah, karena situasi dan posisinya di tengah-tengah berbagai bangsa. Ini menyebabkan penyebaran da'wah Islamiyah di kalangan bangsa-bangsa dan negara yang di sekelilingnya menyebar dengan mudah. Ini temyati sekali bila kita mengkaji kembali perjalanan da'wah Islamiyyah di zaman awal dan di zaman khulafa alRashidin. Memang tepat seperti yang ditegaskan tadi.
  3. Dan sebagai hikmat Ilahi juga yang menjadikan bahasa Arab itu sebagai media da'wah Islamiyyah dan bahasa yang pertama buat menerang dan menafsirkan percakap-an atau kalam Allah 'Azza wa jalla untuk disampaikan kepadakita.
Kalau kita perhatikan dengan teliti tentang keistimewaan bahasa diikuti dengan satu perbandingan dengan bahasa 'Arab maka dengan jelas kita temukan yang bahasa' Arab memiliki banyak keistimewaan yang sulit ditemukan dalam bahasa-bahasa lain. Maka sudah layak baginya untuk menjadi bahasa yang pertama dan utama untuk umat Islam di mana mereka berada.

Thursday, 10 September 2015

Australia Pernah Takut Oleh Pesawat Pembom Indonesia TU-16

Bila predikat Angkatan Udara terkuat di Asia Tenggara kini di pegang oleh Singapura, maka di era tahun 60an kekuatan angkatan udara negeri kita boleh dibilang menjadi “Singa”, tak cuma di Asia Tenggara, bahkan di kawasan Asia, TNI-AU kala itu sangat diperhitungkan. Bahkan Cina maupun Australia belum punya armada pembom strategis bermesin jet. Sampai awal tahun 60an hanya Amerika yang memiliki pembom semacam (B-58 Hustler), Inggris (V bomber-nya, Vulcan, Victor, serta Valiant) dan Rusia.

Gelar “Singa” tentu bukan tanpa alasan, di awal tahun 60an TNI-AU sudah memiliki arsenal pembom tempur mutakhir dimasanya yakni TU-16, yang punya daya jelajah cukup jauh dan mampu membawa muatan bom dalam jumlah besar. Pembelian TU-16 AURI didasari terbatasnya kemampuan B-25, embargo suku cadang dari Amerika dan untuk memuaskan ambisi politik.

“TU-16 masih dalam pengembangan dan belum siap untuk dijual,” ucap Dubes Rusia untuk Indonesia Zhukov kepada Bung Karno (BK) suatu siang di penghujung tahun 50an. Ini menandakan, pihak Rusia masih bimbang untuk meluluskan permintaan Indonesia membeli TU-16. Tapi apa daya Rusia, AURI ngotot. Bung Karno terus menguber Zhukov tiap kali bersua. “Gimana nih, TU-16-nya,” kira-kira begitu percakapan dua tokoh ini. Akhirnya, mungkin bosan dikuntit terus, Zhukov melaporkan juga keinginan Bung Karno kepada Menlu Rusia Mikoyan. Usut punya usut, kenapa Bung Karno begitu semangat? Ternyata, Letkol Salatun-lah pangkal masalahnya. “Saya ditugasi Pak Surya (KSAU Suryadarma) menagih janji Bung Karno setiap ada kesempatan,” aku Marsda (Pur) RJ Salatun tertawa.



Ketika ide pembelian TU-16 dikemukakan Salatun saat itu sekretaris Dewan Penerbangan/Sekretaris Gabungan Kepala-kepala Staf kepada Suryadarma tahun 1957, tidak seorangpun tahu. Maklum, TNI tengah sibuk menghadapi PRRI/Permesta. Namun dari pemberontakan itu pula, semua tersentak. AURI tidak punya pembom strategis B-25 yang dikerahkan menghadapi AUREV (AU Permesta), malah merepotkan. Karena daya jelajahnya terbatas, pangkalannya harus digeser, peralatan pendukungnya harus diboyong. Waktu dan tenaga tersita. Sungguh tidak efektif. Celaka lagi, Amerika meng-embargo suku cadangnya. Alhasil, gagasan memiliki TU-16 semakin terbuka.

Salatun yang menemukan proyek TU-16 dari majalah penerbangan asing tahun 1957, menyampaikannya kepada Suryadarma. “Dengan TU-16, awak kita bisa terbang setelah sarapan pagi menuju sasaran terjauh sekalipun dan kembali sebelum makan siang,” jelasnya kepada KSAU. “Bagaimana pangkalannya,” tanya Pak Surya. “Kita akan pakai Kemayoran yang mampu menampung pesawat jet,” jawab Salatun. Seiring disetujuinya rencana pembelian TU-16 ini, landas pacu Lanud Iswahyudi, Madiun, kemudian turut diperpanjang.

Proses pembeliannya memang tidak mulus. Sejak dikemukakan, baru terealisasi 1 Juli 1961, ketika TU-16 pertama mendarat di Kemayoran. Ketika lobi pembeliannya tersekat dalam ketidakpastian, Cina pernah dilirik agar membantu menjinakkan “beruang merah”. Caranya, Cina diminta menalangi dulu pembeliannya. Namun usaha ini sia-sia, karena neraca perdagangan Cina-Rusia lagi terpuruk. Sebaliknya, “Malah Cina menawarkan Tu-4m Bull-nya,” tutur Salatun. Misi Salatun ke Cina sebenarnya mencari tambahan B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.

Jadi, pemilihan TU-16 memperkuat AURI bukan semata alat diplomasi. Penyebab lain adalah embargo senjata Amerika. Padahal saat bersamaan, AURI sangat membutuhkan suku cadang B-25 dan P-51 untuk menghantam AUREV.

Tahun 1960, Salatun berangkat ke Moskow bersama delegasi pembelian senjata dipimpin Jenderal AH Nasution. Sampai kedatangannya, delegasi belum tahu, apakah TU-16 sudah termasuk dalam daftar persenjataan yang disetujui Soviet. Perintah Bung Karno hanya, cari senjata. Apa yang terjadi. TU-16 termasuk dalam daftar persenjataan yang ditawarkan Uni Soviet. Betapa kagetnya delegasi.

“Karena TU-16 kami berikan kepada Indonesia, maka pesawat ini akan kami berikan juga kepada negara sahabat lain,” ujar Menlu Mikoyan. Mulai detik itu, Indonesia menjadi negara ke empat di dunia yang mengoperasikan pembom strategis selain Amerika, Inggris dan Rusia sendiri. Hebat lagi, AURI pernah mengusulkan untuk mengecat bagian bawah Tu-16 dengan Anti Radiation Paint, cat khusus anti radiasi bagi pesawat pembom berkemampuan nuklir. “Gertak musuh saja, AURI kan tak punya bom nuklir,” tutur Salatun. Usul tersebut ditolak.



Segera AURI mempersiapkan awaknya. Puluhan kadet dikirim ke Chekoslovakia dan Rusia. Mereka dikenal dengan angkatan Cakra I, II, III, Ciptoning I dan Ciptoning II. Mulai tahun 1961, ke-24 TU-16 mulai datang bergiliran diterbangkan awak Indonesia maupun Rusia. Pesawat pertama yang mendarat di Kemayoran dikemudikan oleh Komodor Udara (sekarang Marsda TNI Pur Cok Suroso Hurip). Mendapat perhatian terutama dari kalangan intel Amerika.

Kesempatan pertama intel-intel AS melihat TU-16 dari dekat ini, memberikan kesempatan kepada mereka memperkirakan kapasitas tangki dan daya jelajahnya. Pengintaian terus dilakukan AS sampai saat TU-16 dipindahkan ke Madiun. U-2 pun mereka libatkan. Wajar, di samping sebagai negara pertama yang mengoperasikan TU-16 di luar Rusia, kala itu beraneka ragam pesawat blok Timur lainnya berjejer di Madiun.

Senjata Rudal kennel
Kennel memang tidak pernah ditembakkan. Tapi ujicoba pernah dilakukan sekitar tahun 1964-1965. Kennel ditembakkan ke sebuah pulau karang di tengah laut, persisnya antara Bali dan Ujung Pandang. “Nama pulaunya Arakan,” aku Hendro Subroto, mantan wartawan TVRI. Dalam ujicoba, Hendro mengikuti dari sebuah C-130 Hercules bersama KSAU Omar Dhani. Usai peluncuran, Hercules mendarat di Denpasar. Dari Denpasar, dengan menumpang helikopter Mi-6, KSAU dan rombongan terbang ke Arakan melihat perkenaan. “Tepat di tengah, plat bajanya bolong,” jelas Hendro.

Diuber Javelin
Lebih tepat, di masa Dwikoralah awak TU-16 merasakan ketangguhan TU-16. Apa pasal? Ternyata, berkali-kali pesawat ini dikejar pesawat tempur Inggris. Rupanya, Inggris menyadap percakapan AURI di Lanud Polonia Medan dari Butterworth, Penang.

“Jadi mereka tahu kalau kita akan meluncur,” ujar Marsekal Muda (Pur) Syah Alam Damanik, penerbang TU-16 yang sering mondar-mandir di selat Malaka.

Damanik menuturkan pengalamannya di kejar Javelin pada tahun 1964. Damanik terbang dengan ko-pilot Sartomo, navigator Gani dan Ketut dalam misi kampanye Dwikora.

Pesawat diarahkan ke Kuala Lumpur, atas saran Gani. Tidak lama kemudian, dua mil dari pantai, Penang (Butterworth) sudah terlihat. Mendadak, salah seorang awak melaporkan bahwa dua pesawat Inggris take off dari Penang. Damanik tahu apa yang harus dilakukan. Dia berbelok menghindar. “Celaka, begitu belok, nggak tahunya mereka sudah di kanan-kiri sayap. Cepat sekali mereka sampai,” pikir Damanik. Javelin-Javelin itu rupanya berusaha menggiring TU-16 untuk mendarat ke wilayah Singapura atau Malaysia (forced down). Dalam situasi tegang itu, “Saya perintahkan semua awak siaga. Pokoknya, begitu melihat ada semburan api dari sayap mereka (menembak), kalian langsung balas,” perintahnya. Perhitungan Damanik, paling tidak sama-sama jatuh. Anggota Wara (wanita AURI) yang ikut dalam misi, ketakutan. Wajah mereka pucat pasi.

Dalam keadaan serba tak menentu, Damanik berpikir cepat. Pesawat ditukikkannya untuk menghindari kejaran Javelin. Mendadak sekali. “Tapi, Javelin-Javelin masih saja nempel. Bahkan sampai pesawat saya bergetar cukup keras, karena kecepatannya melebihi batas (di atas Mach 1).” Dalam kondisi high speed itu, sekali lagi Damanik menunjukkan kehebatannya. Ketinggian pesawat ditambahnya secara mendadak. Pilot Javelin yang tidak menduga manuver itu, kebablasan. Sambil bersembunyi di balik awan yang menggumpal, Damanik membuat heading ke Medan.

Segenap awak bersorak kegirangan. Tapi kasihan yang di ekor (tail gunner). Mereka berteriak ternyata bukan kegirangan, tapi karena kena tekanan G yang cukup besar saat pesawat menanjak. Akibat manuver yang begitu ketat saat kejar-kejaran, perangkat radar TU-16 jadi ngadat. “Mungkin saya terlalu kasar naiknya. Tapi nggak apa-apa, daripada dipaksa mendarat oleh Inggris,” ujar Damanik mengenang peristiwa itu.

Lain lagi cerita Sudjijantono. “Saya ditugaskan menerbangkan TU-16 ke Medan lewat selat Malaka di Medan selalu disiagakan dua TU-16 selama Dwikora. Satu pesawat terbang ke selatan dari Madiun melalui pulau Christmas (kepunyaan Inggris), pulau Cocos, kepulauan Andaman Nikobar, terus ke Medan,” katanya. Pesawat berikutnya lewat jalur utara melalui selat Makasar, Mindanao, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Laut Cina selatan, selat Malaka, sebelum akhirnya mendarat di Medan. Ada juga yang nakal, menerobos tanah genting Kra.

Walau terkesan “gila-gilaan”, misi ini tetap sesuai perintah. Bung Karno memerintahkan untuk tidak menembak sembarangan. Dalam misi berbau pengintaian ini, beberapa sempat ketahuan Javelin. Tapi Inggris hanya bertindak seperti “polisi”, untuk mengingatkan TU-16 agar jangan keluar perbatasan.

Misi ala stealth
Masih dalam Dwikora. Pertengahan 1963, AURI mengerahkan tiga TU-16 versi bomber (Badger A) untuk menyebarkan pamflet di daerah musuh. Satu pesawat ke Serawak, satunya ke Sandakan dan Kinibalu, Kalimantan. Keduanya wilayah Malaysia. Pesawat ketiga ke Australia. Khusus ke Australia, TU-16 yang dipiloti Komodor Udara (terakhir Marsda Purn) Suwondo bukan menyebarkan pamflet. Tapi membawa peralatan militer berupa perasut, alat komunikasi dan makanan kaleng. Skenarionya, barang-barang itu akan didrop di Alice Springs, Australia (persis di tengah benua), untuk menunjukkan bahwa AURI mampu mencapai jantung benua kangguru itu. “Semacam psi-war buat Australia,” ujar Salatun.

Padahal Alice Springs ditongkrongi over the horizon radar system. “Untuk memantau seluruh kawasan Asia Pasifik,” ujar Marsma (Pur) Zainal Sudarmadji, pilot Tu-16 angkatan Ciptoning II.

Walau begitu, misi tetap dijalankan. Pesawat diberangkatkan dari Madiun sekitar jam satu malam. “Pak Wondo (pilot pesawat-Red) tak banyak komentar. Beliau hanya minta, kita kumpul di Wing 003 pukul 11 malam dengan hanya berbekal air putih,” ujar Sjahroemsjah, gunner TU-16 yang baru tahu setelah berkumpul bahwa mereka akan diterbangkan ke Australia.
Briefing berjalan singkat. Pukul 01.00 WIB, pesawat meninggalkan Madiun. Pesawat terbang rendah guna menghindari radar. Sampai berhasil menembus Australia dan menjatuhkan bawaan, tidak terjadi apa-apa. Pesawat pencegat F-86 Sabre pun tak terlihat aktivitasnya, rudal anti pesawat Bloodhound Australia yang ditakuti juga “tertidur”. Karena Suwondo berputar agak jauh, ketika tiba di Madiun matahari sudah agak tinggi. “Sekitar pukul delapan pagi,” kata Sjahroemsjah.

Penyusupan ke Sandakan, dipercayakan ke Sudjijantono bersama Letnan Kolonel Sardjono (almarhum). Mereka berangkat dari Iswahyudi (Madiun) jam 12 malam. Pesawat membumbung hingga 11.000 m. Menjelang adzan subuh, mereka tiba di Sandakan. Lampu-lampu rumah penduduk masih menyala. Pesawat terus turun sampai ketinggian 400 m. Persis di atas target (TOT), ruang bom (bomb bay) dibuka. Seperti berebutan, pamflet berhamburan keluar disedot angin yang berhembus kencang.

Usai satu sortie, pesawat berputar, kembali ke lokasi semula. “Ternyata sudah gelap, tidak satupun lampu rumah yang menyala,” kata Sudjijantono. Rupanya, aku Sudjijantono, Inggris mengajari penduduk cara mengantisipasi serangan udara. Akhirnya, setelah semua pamflet diserakkan, mereka kembali ke Iswahyudi dan mendarat dengan selamat pukul 08.30 pagi. Artinya, kurang lebih sepuluh jam penerbangan. Semua TU-16 kembali dengan selamat.

Dapat dibayangkan, pada dekade 60-an AURI sudah sanggup melakukan operasi-operasi penyusupan udara tanpa terdeteksi radar lawan. Kalaulah sepadan, bak operasi NATO ke Yugoslavia dengan pesawat silumannya.

Akhir Perjalanan Sang Bomber
Sungguh ironis nasib akhir TU-16 AURI. Pengadaan dan penghapusannya lebih banyak ditentukan oleh satu perkara: politik! Bayangkan, “AURI harus menghapus seluruh armada TU-16 sebagai syarat mendapatkan F-86 Sabre dan T-33 T-bird dari Amerika,” ujar Bagio Utomo, mantan anggota Skatek 042 yang mengurusi perbaikan TU-16. Bagio menuturkan kesedihannya ketika terlibat dalam tim “penjagalan” TU-16 pada tahun 1970.



Dokumen CIA (central intelligence agency) sebagaimana dikutip Audrey R Kahin dan George McT Kahin dalam bukunya “Subversi Sebagai Politik Luar Negeri” menulis: “Belanja senjata RI mencapai 229. 395.600 dollar AS. Angka itu merupakan akumulasi perdagangan pada tahun 1958. Sementara dari Januari hingga Agustus 1959 saja, nilainya mencapai 100.456.500 dollar AS. Dari jumlah ini, AURI kebagian 69.912. 200 dollar AS, yang di dalamnya termasuk pemesanan 20 pesawat pembom.”

Tidak dapat dipungkiri, memang, TU-16 pembom paling maju pada zamannya. Selain dilengkapi peralatan elektronik canggih, badannya terbilang kukuh. “Badannya tidak mempan dibelah dengan kampak paling besar sekalipun. Harus pakai las yang besar. Bahkan, untuk membongkar sambungan antara sayap dan mesinnya, laspun tak sanggup. Karena campuran magnesiumnya lebih banyak ketimbang alumunium,” ujar Bagio.

Namun TU-16 bukan tanpa cacat. Konyol sekali, beberapa bagian pesawat bisa tidak cocok dengan spare pengganti. Bahkan dengan spare yang diambil secara kanibal sekalipun. “Kita terpaksa memakai sistem kerajinan tangan, agar sama dan pas dengan kedudukannya. Seperti blister (kubah kaca), mesti diamplas dulu,” kenang Bagio lagi. Pengadaan suku cadang juga sedikit rumit, karena penempatannya yang tersebar di Ujung Pandang dan Kemayoran.



Sebenarnya, persediaan suku cadang Tu-16 yang dipasok dari Rusia, memadai. Tapi urusan politik membelitnya sangat kuat. Tak heran kemudian, usai pengabdiannya selama Trikora – Dwikora dan di sela-sela nasibnya yang tak menentu pasca G30S/PKI, AURI pernah bermaksud menjual armada TU-16-nya ke Mesir. Namun hal ini tidak pernah terlaksana.

Begitulah nasib TU-16. Tragis. Farewell flight, penerbangan perpisahannya, dirayakan oleh para awak TU-16 pada bulan Oktober 1970 menjelang HUT ABRI. Dijejali 10 orang, TU-16 bernomor M-1625 diterbangkan dari Madiun ke Jakarta. “Sempat ke sasar waktu kita cari Monas,” ujar Zainal Sudarmadji. Saat mendarat lagi di Madiun, bannya meletus karena awaknya sengaja mengerem secara mendadak.

Patut diakui, keberadaan pembom strategis mampu memberikan efek psikologis bagi lawan-lawan Indonesia saat itu. Bahkan, sampai pertengahan 80-an, TU-16 AURI masih dianggap ancaman oleh AS. “Lah, wong nama saya masih tercatat sebagai pilot TU-16 di ruang operasi Subic Bay, kok,” ujar Sudjijantono, angkatan Cakra 1.

Atraksi Ketangguhan Sang Bomber Dalam Persiapan Operasi Trikora
Saat Trikora dikumandangkan, angkatan perang Indonesia sedang berada pada “puncaknya”. Lusinan persenjataan Blok Timur dimiliki. Mendadak AURI berkembang jadi kekuatan terbesar di belahan bumi selatan. Dalam mendukung kampanye Trikora, AURI menyiapkan satu flight TU-16 di Morotai yang hanya memerlukan 1,5 jam penerbangan dari Madiun. “Kita siaga 24 jam di sana,” ujar Kolonel (Pur) Sudjijantono, salah satu penerbang TU-16. “Sesekali terbang untuk memanaskan mesin. Tapi belum pernah membom atau kontak senjata dengan pesawat Belanda,” ceritanya. Saat itu, dikalangan pilot TU-16 punya semacam target favorit, yaitu kapal induk Belanda Karel Doorman.

Selain memiliki 12 TU-16 versi bomber (Badger A) yang masuk dalam Skadron 41, AURI juga memiliki 12 TU-16 KS-1 (Badger B) yang masuk dalam Skadron 42 Wing 003 Lanud Iswahyudi. Versi ini mampu membawa sepasang rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Rudal inilah yang ditakuti Belanda. Karena hantaman enam Kennel, mampu menenggelamkan Karel Doorman ke dasar samudera. Sayangnya, hingga Irian Barat diselesaikan melalui PBB atas inisiatif pemerintah Kennedy, Karel Doorman tidak pernah ditemukan TU-16.

Lain lagi kisah Idrus Abas (saat itu Sersan Udara I), operator radio sekaligus penembak ekor (tail gunner) Tu-16. Bulan Mei 1962, saat perundingan RI-Belanda berlangsung di PBB, merupakan saat paling mendebarkan. Awak TU-16 disiagakan di Morotai. Dengan bekal radio transistor, mereka memonitor hasil perundingan. Mereka diperintahkan, “Kalau perundingan gagal, langsung bom Biak,” ceritanya mengenang. “Kita tidak tahu, apakah bisa kembali atau tidak setelah mengebom,” tambah Sjahroemsjah yang waktu itu berpangkat Sersan Udara I, rekan Idrus yang bertugas sebagai operator radio/tail gunner. Istilahnya, one way ticket operation.



Namun para awak TU-16 di Morotai ini, tidak akan pernah melupakan jerih payah ground crew-nya. “Yang paling susah kalau isi bahan bakar. Bayangkan untuk sebuah TU-16, dibutuhkan sampai 70 drum bahan bakar. Kadang ngangkutnya tidak pakai pesawat, jadi langsung diturunkan dari kapal laut. Itupun dari tengah laut. Makanya, sering mereka mendorong dari tengah laut,” ujar Idrus. Derita awak darat itu belum berakhir, lantaran untuk memasukkan ke tangki pesawat yang berkapasitas kurang lebih 45.000 liter itu, masih menggunakan cara manual. Di suling satu per satu dari drum hingga empat hari empat malam. Hanya sebulan TU-16 di Morotai, sebelum akhirnya ditarik kembali ke Madiun usai Trikora.

Tuesday, 17 March 2015

Mengenal Pahlawan Nasional Usman Harun Yang Sangat Dibenci Singapura

Nama Usman Harun tiba-tiba saja menjadi polemik antara Indonesia dan Singapura. Penyebabnya, sikap Singapura yang memprotes nama tersebut dilekatkan pada kapal perang RI (KRI) yang baru dibeli TNI dari Inggris. Siapakah sebenarnya Usman Harun? Tidak banyak yang tahu nama Usman Harun sebenarnya berasal dari dua orang berbeda yang menjadi pahlawan nasional. Bahkan nama Usman Harun menjadi nama kompleks perumahan TNI AL di sejumlah wilayah.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari sejumlah literatur, nama Usman dan Harun terkait ketegangan hubungan politik-militer antara Indonesia dan Malaysia yang dikenal Konfrotasi Indonesia-Malaysia antara 1963-1965. Pada saat itu, Singapura masih bagian dari wilayah Malaysia.

Usman bin Haji Muhammad Ali di desa Tawangsari, Kelurahan Jatisaba, Kabupaten Purbalingga dari pasangan Haji Muhammad Ali dengan Rukiah pada 18 Maret 1943. Usman dikenal dengan sebutan Janatin atau Usman Janatin. 

Sedangkan Harun terlahir dengan nama Thahir bin Said. Namun dikenal dengan sebutan Harun. Harun lahir dari pasangan Mandar dan Aswiyani di Pulau Keramat Bawean pada 4 April 1943. Sejak remaja Harun telah bekerja sebagai nelayan dan sering bermalam di pelabuhan Singapura. Karena itu, dia sangat mengenal peta dan kondisi Singapura. 

Usman bergabung dengan pendidikan militer yang digelar Korps Komando Operasi Angkatan Laut di Malang, Jawa Timur pada 1 Juni 1962. Sementara Harun bergabung dengan TNI AL pada 1964. Pembukaan penerimaan personel ini untuk memenuhi kebutuhan TNI AL saat itu untuk menghadapi Operasi Dwikora. Usman ditunjuk sebagai salah satu relawan pada operasi militer Komando Siaga (Komando Mandala Siaga) pimpunan Laksamana Madya Omar Dani, dan ditempatkan di Pulau Sambu, Riau. 

Usman menjalani pendidikan dasar militer di Gunung Sahari, pendidikan amphibi di pusat latihan Pasukan Pendarat di Semampir hingga latihan puncak di daerah Purboyo Malang selatan. Semua pendidikan ini diikuti  oleh Usman hingga ia mendapatkan baret ungu. Pada tahun 1964, Usman mengikuti latihan tambahan berupa intelijen, kontraintelijen, sabotase, demolisi, gerilya, hingga perang hutan di Cisarua Bogor selama satu bulan. 

Di sinilah Usman bertemu dengan Harun dan dan Gani bin Arup. Ketiganya cukup akrab apalagi setelah mendapat tugas operasi sabotase di Singapura pada 8 Maret 1965. Dua hari setelah penugasan, tepatnya 10  Maret 1965, ketiganya berhasil masuk ke Singapura dan melakukan pemboman di MacDonald House. Ketiganya berhasil melarikan diri. Usman dan Harun memilih jalur pantai menggunakan perahu motor sementara Gani memilih rute lain. Nahas, Usman dan Harun disergap patroli Singapura di laut pada 13 Maret 1965. Pengadilan Singapura lalu menjatuhkan vonis hukuman mati kepada keduanya. 

Usman dan Harun lalu dihukum gantung di penjara Changi pada 17 Oktober 1968. Jasad keduanya dikembalikan ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. 

Usman dan Harun diberi penghargaan sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden No 050/TK/1968. Untuk mengenang nama Usman Janatin, pemerintah daerah Purbalingga membangun sebuah taman bernama Taman Kota Usman Janatin yang memiliki luas sekitar 3,5 hektar dengan biaya Rp 5,2 miliar.

Bagi keluarga sosok Sersan Usman Janatin adalah pribadi yang membanggakan. Dia pahlawan yang berani menjalankan tugas berat demi negara. Saat itu taruhannya memang tertangkap dan dihukum mati. Keluarga Usman di Purbalingga, masih mengenang perjuangannya. Artojo (72), adik ipar Usman menuturkan kakaknya itu pergi ke Singapura dalam mengemban tugas Dwikora untuk mengnyang Malaysia. Presiden Soekarno yang mengomandoi operasi Dwikora.

Pada tahun 1964 saat itu memang terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Perang tersebut berawal dari keinginan Federasi Malaya yang lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai dengan perjanjian Manila Accord. 

Keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai ‘boneka Inggris’ dan merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di
Indonesia.

“Saat itu dia baru pulang bertugas Trikora di Irian Barat. Belum lama pulang dia dikirim lagi untuk tugas Dwikora ke Singapura untuk menggagalkan pembentukan negara Malaysia boneka Inggris,” jelas Artojo ditemui di rumahnya di Purbalingga beberapa waktu lalu. Usman merupakan anggota KKO yang disusupkan ke Singapura melalui jalur laut pada 8 Maret 1965. Bersama dua sukarelawan lainnya dia mengebom obyek vital di Singapura untuk membuat kepanikan warganya. Usai mengebom, Usman gagal kembali kepangkalan karena tertangkap oleh patroli laut setelah motorboat yang dikemudikannya kehabiasan bahan bakar.

“Usman tertangkap dan dijebloskan di penjara changi selama 3,5 tahun. Selama di dalam penjara dia selalu mengirimkan surat kepada keluarga disini. Dalam surat terakhirnya sebelum dia di hukum gantung dia berpesan kepada keluarganya agar tabah mendengar kabar duka atas telah diputuskannya hukuman mati terhadap dirinya serta berharap keluarga ikhlas dan dia memohon ampunan,” ungkapnya.

Usman dihukum gantung pada 17 Okteber 1968. Sebelum digantung ia sempat meminta agar jenazahnya dimandikan dengan air dari Indonesia dan dimakamkan di tanah bumi pertiwi. Kini jenazahnya telah dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata. Sejumlah fotocopian surat-surat Usman saat masih dipenjara serta bukti penghargaan, album foto dan data-data lainnya masih tersimpan rapih di rumah mungilnya.

“Yang saya simpan saat ini adalah fotocopian surat-surat Usman saat di penjara. Yang aslinya sudah di musiumkan di Jakarta, jelasnya. Saat ini untuk mengenang kepahlawanannya, Nama Usman Janatin diabadikan menjadi nama taman kota di Purbalingga.

Cerita aksi Usman dan Harun mirip film pasukan khusus Hollywood. Menyusup dan menyerang langsung ke jantung pertahanan musuh. Saat itu mereka mendapat tugas melakukan sabotase di Singapura yang banyak dihuni tentara sekutu. Usman yang bernama asli Janatin kebetulan punya keahlian melakukan sabotase. Usman dan Harun kini dijadikan nama kapal perang TNI Angkatan Laut, KRI Usman Harun.

Usman yang lahir di Purbalingga pada 18 Maret 1943 mengikuti pendidikan Korps Komando Angkatan Laut sejak 1962. Berbeda dengan rekannya, Harun yang lahir 4 April 1943 di Bawean baru masuk pendidikan dua tahun kemudian. Sebelum sama-sama melakukan operasi di Singapura, keduanya sudah bertemu di Tim Brahma I di Basis II Ops A KOTI. 

Malam itu, 8 Maret 1965, Usman dan Harun ditemani Gani bin Aroep menyusup ke daratan Singapura. Gani juga prajurit KKO (Komando Korps Operasi, sekarang Marinir) dan beberapa kali melakukan operasi mata-mata ke daratan Singapura. Ketiganya berangkat dari Pulau Sambu, salah satu pulau di Kepulauan Batam. Pulau Sambu merupakan pangkalan minyak milik Pertamina (dahulu Shell) yang dibangun sejak 16 Agustus 1897. Jarak dari Pulau Sambu ke daratan terdekat Singapura sekitar 13 kilometer.

Setelah sampai di daratan Singapura, ketiga prajurit KKO itu melakukan observasi memilih fasilitas apa yang akan dijadikan target sabotase. Ketiganya melakukan penyamaran menjadi pedagang. Gani yang wajahnya mirip etnis Tionghoa dapat kemudahan membaur. Akhirnya Hotel Mac Donald dekat Stasiun Dhoby Ghaut dipilih menjadi target. Hotel itu dipilih karena banyak dihuni warga Inggris.

Pada 10 Maret 1965, pukul 03.07, ketika banyak penghuni hotel tertidur, Usman dan Harun meletakkan bom seberat 12,5 kilogram. Harian The Straits Times menggambarkan, bom ditaruh di dekat lift lantai 10. Akibat ledakan itu, masih menurut The Straits Times, kaca jendela dalam radius 100 meter pecah dan mobil yang parkir dekat hotel ikut rusak. Dipastikan tiga orang meninggal dan lebih dari 30 orang mengalami luka-luka.

Sayang, operasi intelijen itu kurang persiapan jalur pelarian ke luar Singapura. Pada 13 Maret 1965, keduanya ditangkap di tengah laut. Kisah penangkapan sendiri terjadi ketika Usman dan Harun menaiki kapal curian menuju Pulau Sambu. Namun keburu terlihat patroli laut Singapura. Keduanya tidak disidang sebagai tahanan perang dengan alasan ketika ditangkap tidak memakai seragam tentara. Upaya pemerintah yang waktu itu salah satunya diwakilkan Mochtar Kusumaatmaja gagal meminta grasi. 

Pada pukul 5 pagi, 17 Oktober 1968, Usman dan Harun akhirnya dieksekusi di tiang gantungan. Selesai itu, banyak warga Indonesia melakukan penghormatan jenazah di Kedutaan Besar Indonesia. Siangnya, kedua jenazah dibawa pesawat khusus dari Jakarta. Presiden Soeharto langsung memberikan penghargaan bagi Usman dan Harun sebagai pahlawan nasional. Keduanya pada 20 Oktober 1968 dimakamkan secara militer di Taman Makan Pahlawan Kalibata.

Memburuknya hubungan Indonesia dan Singapura sejak terkuaknya aksi heroik Usman dan Harun baru melunak ketika Perdana Menteri Lee Kuan Yew melakukan kunjungan ke Jakarta. Uniknya, ketika itu Perdana Menteri Lee secara resmi memberikan karangan bunga di makam Usman dan Harun.

Saturday, 14 March 2015

Jalan-Jalan ke Alun-Alun Bandung, Menikmati Keindahan Taman Masjid Raya Bandung Propinsi Jawa Barat Di Malam Hari



Bandung memang kota yang punya banyak pesona menarik. Tak heran banyak sekali wisatawan yang ingin berkunjung ke kota yang menjadi ibukota Propinsi Jawa Barat ini. Sepertinya Bandung tidak pernah tidur. Siang Malam kota ini selalu ramai dilalui oleh lalu lalang orang-orang. Wisata belanja, wisata alam, dan juga wisata kulinernya mampu menarik banyak orang untuk selalu berkunjung ke kota ini lagi dan lagi.

Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke kota Bandung membuat pembangunan di kota ini begitu pesat, terutama pembangunan hotel-hotel. Jarak Bandung dari Jakarta sebagai ibu kota negara yang bisa ditempuh hanya dengan 2 jam perjalanan darat menggunakan mobil melalui jalan tol Cipularang membuat wisatawan semakin mudah berkunjung ke Bandung, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara.

Semenjak pemerintahan Walikota Bandung Ridwan Kamil, Bandung mulai berbenah membangun taman-taman dan ruang terbuka hijau. Banyaknya wisatawan yang datang setiap hari dan mencapai puncaknya di akhir pekan membuat kota Bandung semakin sering dilanda kemacetan. Untuk itu hadirnya ruang terbuka hijau di tengah kota Bandung ini bagaikan angin segar, terutama bagi warga asli kota Bandung. Salah satu taman yang baru saja diresmikan dan paling banyak dikunjungi adalah Taman Masjid Raya Jawa Barat yang terletak di halaman Masjid Raya Jawa Barat atau Masjid Agung. Warga masyarakat kota Bandung lebih suka menyebutnya sebagai Alun-Alun Bandung.

Masjid Raya Bandung Jawa Barat sebelumnya bernama Masjid Agung dibangun pertama kali pada tahun 1810 dan dibuka pada tahun 1812. Masjid Agung Bandung dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak (Dayeuh Kolot di Kabupaten Bandung), sekitar sepuluh kilometer Selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang. Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhlu. Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.

Setahun setelah kebakaran, pada tahun 1826 dilakukan perombakkan terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik bambu serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi tahun 1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika). Masjid kecil tersebut mengalami perombakkan dan perluasan atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti dengan genteng sedangkan didingnya diganti dengan tembok batu-bata.

Ilustrasi Mesjid Agung Bandung oleh W. Spreat 1852 dalam buku De Zieke Reiziger via wikipedia

Kemegahan Masjid Agung Bandung waktu itu sampai-sampai di-abadikan dalam lukisan pelukis Inggris bernama W Spreat pada tahun 1852. Dari lukisan tersebut, terlihat atap limas besar bersusun tiga tinggi menjulang dan mayarakat menyebutnya dengan sebutan bale nyungcung. Kemudian bangunan masjid kembali mengalami perubahan pada tahun 1875 dengan penambahan pondasi dan pagar tembok yang mengelilingi masjid

Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bandung menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak umat seperti pengajian, perayaan Muludan, Rajaban atau peringatan hari besar Islam lain bahkan digunakan sebagai tempat dilangsungkan akad nikah. Sehingga pada tahun 1900 untuk melengkapinya sejumlah perubahan pun dilakukan seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di samping kiri dan kanan).

Masjid Agung Bandung pada tahun 1929, dengan corak khas Sunda via wikipedia


Kemudian pada tahun 1930, perombakan kembali dilakukan dengan membangun pendopo sebagai teras masjid serta pembangunan dua buah menara pada kiri dan kanan bangunan dengan puncak menara yang berbentuk persis seperti bentuk atap masjid sehingga semakin mempercatik tampilan masjid. Konon bentuk seperti ini merupakan bentuk terakhir Masjid Agung Bandung dengan kekhasan atap berbentuk nyungcung.

Menjelang konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Agung Bandung mengalamai perombakan besar-besaran. Atas rancangan Presiden RI pertama, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total diantaranya kubah dari sebelumnya berbentuk “nyungcung” menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang.

Masjid Agung Bandung dan Alun-alun Bandung tahun 1955-1970 via wikipedia

Selain itu menara di kiri dan kanan masjid serta pawestren berikut teras depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanyalah sebuah ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit. Keberadaan Masjid Agung Bandung yang baru waktu itu digunakan untuk shalat para tamu peserta Konferensi Asia Afrika.

Kubah berbentuk bawang rancangan Sukarno hanya bertahan sekitar 15 tahun. Setelah mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang dan pernah diperbaiki pada tahun 1967, kemudian kubah bawang diganti dengan bentuk bukan bawang lagi pada tahun 1970.

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Terdapat ruang basement sebagai tempat wudlu, lantai dasar tempat shalat utama dan kantor DKM serta lantai atas difungsikan untuk mezanin yang berhubungan langsung dengan serambi luar. Di depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti bawang dan atap kubah masjid berbentuk Joglo.

Tempat ini kini disulap menjadi ruang terbuka hijau yang nyaman. Walaupun menggunakan rumput sintetis, namun tempat ini bagaikan oasis di tengah kemacetan di jalan-jalan sekitar Alun-Alun Bandung. Karena berada dipusat kota dan pusat keramaian tempat ini menjadi taman yang paling banyak dikunjungi baik pada siang maupun malam hari.



Jika di siang hari datanglah di pagi atau sore hari. Hindari saat tengah hari karena panas terik membuat rumput sintetis menjadi sangat panas dan tidak nyaman untuk diinjak. Jangan lupa untuk menikmati ketenangan solat di masjid Raya Jawa Barat ini. 

Eksotisme Masjid Raya Bandung saat malam hari

Di malam hari, tempat ini menawarkan pemandangan tersendiri. Cobalah untuk berkunjung ke tempat ini selepas solat magrib. Lampu-lampu yang ditata sedemikian rupa membuat taman ini begitu eksotis. Dengan hawa sejuk khas kota Bandung, tempat ini cocok untuk anda kunjungi saat menghabiskan malam di kota Bandung.


Terdapat beberapa kursi dan meja berjejer untuk menikmati makanan dan minuman. Pastikan kendaraan yang anda bawa diparkir di basement tepat dibawah taman ini. Buanglah sampah pada tempat sampah yang banyak terdapat di beberapa tempat di taman ini. Sebagai warga kota yang baik dan juga sebagai wisatawan yang baik, anda harus selalu menjaga kebersihan di manapun tempat yang anda kunjungi.


Tuesday, 20 January 2015

Jalan-Jalan ke Goa Pawon dan Taman Batu Citatah, Stone Garden di Kabupaten Bandung Barat

Ini posting kedua saya tentang tempat ini. Memang Taman Batu Citatah ini tidak sebooming Tebing Keraton yang saat ini sedang rame-ramenya dikunjungi, namun bagi saya tempat ini memberikan kesan khusus, terutama saat  membayangkan sejarah yang mengiringi terbentuknya tempat ini.

April 2004 menjadi awal saya berkenalan dengan tempat ini, lalu tahun 2012 saya kembali ke sini dengan kondisi tak jauh beda ketika 8 tahun sebelumnya saya berkunjung. Namun kemarin, September 2014 saya melihat banyak perubahan positif di tempat yang kali ini sudah resmi menjadi objek wisata di wilayah Kabupaten Bandung Barat ini.

Objek Wisata dan Sejarah Goa Pawon dan Taman Batu Citatah ini seolah menjadi satu paket wisata yang terletak di wilayah Barat Bandung, tepatnya di daerah Citatah, Cipatat Kabupaten Bandung. Jika berkunjung ke Goa Pawon, anda bisa sekaligus menikmati keindahan Taman Batu Citatah yang berada di atasnya.

Gunung Masigit tahun 2012 ketika masih aktif ditambang dilihat dari puncak Pasir Pawon

Sebagai gambaran bagi yang belum pernah ke sini, tempat ini berupa sebuah bukit kapur yang terbentuk jutaan tahun yang lalu karena dulunya daerah ini adalah daerah di bawah permukaan laut dangkal. Jika anda membayangkan sedang menyelam di Taman Laut Bunaken, kurang lebih seperti itulah kondisi tempat ini jutaan tahun yang lalu. Setelah mengalami berbagai pergerakan lempeng bumi, wilayah ini sekarang berada di atas daratan dan menjadi sebuah bukit. Lapisan tanah di sini sangat tipis karena bukit ini memang murni terbentuk dari kapur. Material letusan Gunung yang meletus di sekitar tempat ini membuat bukit kapur ini sebagian tertutup tanah yang cukup subur sehingga nampak di sebagian wilayah bukit ini nampak hijau ditanami tumbuhan. Namun sebagian tempat lagi terlihat batu kapur yang terlihat menjulang kokoh. Tonjolan-tonjolan batu kapur yang beraneka ragam ini terlihat sangat indah berpadu dengan hijau nya alam di sekitar wilayah ini.

Sejarah tempat ini dimulai pada zaman Miosen (sekitar 20 juta tahun lalu), pada waktu itu daerah Bandung ke Utara merupakan laut dan tempat ini menjadi bukti bagaimana fosil koral kemudian terbentuk menjadi rangkaian bukit kapur sepanjang daerah ini.



Goa Pawon ini merupakan sebuah goa yang terdapat di kaki Pasir Pawon. Pasir dalam bahasa Sunda berarti gunung/bukit kecil). Sedangkan Pawon berarti Dapur. Dinamakan Pasir Pawon karena di bukit ini terdapat Goa yang didalamnya banyak ditemukan perkakas/peralatan dapur peninggalan manusia prasejarah.

Menurut Pak T.Bachtiar didalam buku Bandung Purba yang ditulisnya, Di dalam gua Pawon ini terdapat ruangan yang bernama Goa Kopi yang didalamnya ditemukan banyak benda-benda budaya manusia prasejarah yang sangat melimpah. Di Goa Kopi inilah pada kedalaman 120cm terdapat kerangka Homo Sapiens dalam posisi duduk bertekuk (ngaringkuk). Kerangka berumur puluhan ribu tahun ini terlindungi oleh tanah vulkanis dari letusan gunung Tangkuban Parahu yang membuatnya masih tetap utuh sampai ditemukan pada bulan Oktober 2003. Kerangka ini masih bisa kita jumpai di Goa Pawon ini dalam bentuk replika yang disimpan dalam posisi dan kedalaman yang sama seperti saat ditemukan.

Jika sudah jenuh atau bingung mencari tempat wisata keren di akhir pekan, cobalah berkunjung ke Taman Batu dan Goa Pawon ini. Letaknya tidak jauh dari kota Bandung, sekitar 25km dari pusat kota ke arah Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Bila menggunakan kendaraan pribadi jarak ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar satu jam dari kota Bandung. Jika menggunakan kendaraan roda empat, bisa melalui tol Padaleunyi lalu keluar melalui gerbang tol Padalarang. Jika menggunakan kendaraan roda dua, melajulah menuju Padalarang lalu ikuti jalur menuju Cianjur. Biasanya jalan akan sedikit melambat di daerah Padalarang setelah Kota Baru Parahyangan. Di daerah ini kemacetan tidak mengenal waktu. Jalan akan kembali lancar setelah memasuki wilayah Cipatat dimana mulai terlihat perbukitan kapur di kiri kanan jalan. Selain itu banyak juga penjual Peuyeum dan aneka kerajinan gerabah dan marmer khas daerah ini.

Memasuki jalur ini jalur mulai lancar namun harus tetap berhati-hati karena jalanan menurun dan berkelok-kelok. Ikuti terus jalur ini hingga menemui Rumah Makan Setuju Utama di sebelah kiri jalan. Setelah melewati Rumah Makan Setuju Utama, melambatlah sambil perhatikan gapura Abu-abu dikanan jalan. Berbeloklah menuju Gapura tersebut dan ikuti jalan menuju Objek Wisata Goa Pawon.

Memasuki areal Wisata, anda harus membeli tiket masuk seharga Rp 5500 dan juga mencatat nama di buku tamu. Disini tersedia areal parkir yang cukup luas untuk mobil dan juga sepeda motor, terdapat bale-bale tempat istirahat, warung dan juga mushola (tajug).



Terdapat dua areal utama di tempat ini, yakni goa Pawon dan juga Taman Batu. Taman Batu ini terletak di atas bukit Pawon ini sehingga anda perlu mendaki bukit ini. Memang cukup berat bagi yang tidak terbiasa mendaki, namun percayalah walaupun lelah dan nafas tersengal anda akan menemukan pemandangan indah di atas bukit ini dan akan menjadi pengalaman yang berbeda dari tempat wisata lainnya.

Sebaiknya anda berkunjung terlebih dahulu ke areal Goa Pawon dimana terdapat tempat penemuan kerangka Homo Sapiens dan juga replikanya yang tersimpan pada posisi yang persis seperti saat penemuannya Oktober 2003. Disarankan anda membawa masker karena di dalam Goa Pawon ini bau Goano (kotoran kelelawar) sangat menyengat. Bau Amonia bisa membuat anda mual atau pusing bagi yang tidak terbiasa. Masuklah ke dalam goa dan ikuti jalan yang sudah tersedia. Terdapat banyak lubang di goa ini sehingga anda tidak akan khawatir akan gelap, selama hari masih siang, suasana di dalam goa ini tidak akan membuat anda takut.

Dulu Goa Pawon ini dianggap angker oleh masyarakat sehingga sangat jarang dikunjungi. Mungkin hanya digunakan sebagai tempat berkemah oleh sebagian orang. Terlihat dari banyaknya tulisan-tulisan dari tangan tidak bertanggung jawab yang berbekas di dinding goa. Selain itu dulunya masyarakat hanya memasuki goa ini ketika akan mengambil Goano (kotoran kelelawar) untuk dijadikan pupuk.

Setelah ditemukannya kerangka Homo Sapiens oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung dan Balai Arkeologi, barulah tempat ini mulai banyak dikunjungi sampai akhirnya dilindungi dari penambangan kapur dan dijadikan objek wisata resmi oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Kini tempat ini sudah banyak mengalami perbaikan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Terutama akses jalan yang kini sudah sangat baik dibandingkan ketika saya dulu berkunjung ke sini pada 2004 dan 2012.

Dari Goa Pawon ini cobalah untuk sekarang mendaki bukit menuju Puncak Pasir Pawon yakni Taman Batu. Anda akan menemukan tempat yang tidak pernah anda temui sebelumnya di daerah Bandung. Sebuah tempat di puncak bukit yang di penuhi batu-batu menonjol diantara hijaunya tanaman sekitar. Jika anda teliti, anda bisa melihat Jalan Tol Cipularang dan juga jalur kereta Api Bandung - Jakarta dari sini.

Disarankan untuk mendaki di pagi hari agar anda bisa menikmati tempat ini ketika mentari tidak terlalu terik menyinari wilayah ini. Waktu yang tepat untuk berkunjung tempat ini adalah di pagi hari dan sore hari. Namun hindari jika sore hari turun hujan karena jalur mendaki akan sangat becek dan licin.

Bawalah perbekalan seperti minuman dan makanan kecil. Bisa juga membawa makanan berat untuk dinikmati di puncak sana setelah anda bersusah payah mendaki bukit ini. Namun tetap diingat untuk selalu menjaga kebersihan. Sayang sekali jika tempat ini harus dipenuhi sampah dari pengunjung.

Tertarik mencoba ke sini?? Ada banyak yang bisa dilakukan jika anda berkunjung ke tempat ini, apa saja?

Belajar Mengenal Sejarah Bandung di Zaman Purba

Taman batu Citatah, Cipatat ini merupakan bukti bahwa dulunya pulau Jawa ini pernah berada di dasar lautan dangkal. Bisa dibayangkan Pantai Utara Jawa ketika itu berada di wilayah Pangalengan dan Bandung termasuk Lautan dangkal di Utara Pulau Jawa. Menurut Buku Bandung Purba tulisan T. Bachtiar, kejadian ini terjadi pada masa Miosen Akhir, sekitar 10-5 juta tahun yang lalu. Kawasan Citatah, Cipatat ini merupakan The Greatest Barrier Reef ketika itu. Lautan dangkal dengan terumbu karang yang indah itu kini bisa disaksikan di Taman Batu Citatah ini.
 Jika anda mengunjungi tempat ini di musim kemarau, maka taman batu akan nampak menguning karena ilalang-ilalangnya nampak mulai mengering tak tersentuh air hujan. Wajar karena tempat ini hanya mendapatkan air dari air hujan saja. Di wilayah karst seperti ini akan sulit menemukan sumber air. Dulunya tempat ini dipakai warga untuk berkebun jika musim penghujan tiba.

Jika anda bekunjung ke tempat ini di musim penghujan, bersiap-siaplah untuk berkotor-kotor ria karena lapisan tanah gembur di sini akan nampak becek ketika diguyur air hujan. Datanglah ke tempat ini di bulan Maret-Agustus dimana merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan.

Mengenal Nenek Moyang Manusia Bandung
replika kerangka Homo Sapiens di  Goa Pawon via adriarani.blogspot.com
Walaupun hanya berupa replika, tetapi di Goa Pawon ini kita masih bisa melihat bentuk kerangka homo sapiens yang diyakini merupakan nenek moyang manusia yang tinggal di daerah Jawa Barat. Dilihat dari posisi  ditemukannya, ini merupakan kebiasaan orang-orang jaman dahulu ketika memakamkan orang mati yakni dengan cara duduk di tekuk (seperti posisi bayi di dalam kandungan). Kerangka ini ditemukan di kedalaman 143 cm di salah satu ruangan yang terdapat di Goa Pawon ini. Selain kerangka, ditemukan juga ribuan serpihan batu obsidian yang berbentuk menyerupai kapak/ujung tombak. Serpihan batu ini diyakini sebagai alat untuk berburu yang digunakan nenek moyang manusia Bandung untuk menangkap hewan buruan.

Hiking Mendaki Gunung / Pasir Pawon
Pasir Pawon merupakan bukit kapur yang cukup tinggi untuk di daki. Butuh waktu sekitar 30-45 menit untuk mendaki bukit ini dari arah Goa Pawon. Bagi anda yang ingin sekedar hiking dan mencoba ketahanan tubuh anda, pasir Pawon ini cocok untuk dijajal. Jalurnya tidak terlalu ekstrim namun anda tetap mesti berhati-hati karena jalan yang dilalui berupa tanah bercampur batu kapur yang terkadang terjal, tajam dan akan licin jika turun hujan.


Di puncak Pasir Pawon ini anda akan menikmati pemandangan hijau Lembah Cibukur dari ketinggian. Jika anda teliti memandang ke arah Barat, anda juga bisa menikmati pemandangan jalan tol Cipularang di kejauhan dan juga jalur kereta Api Bandung-Jakarta yang dihiasi jembatan-jembatan yang menjulang.

Hunting Foto-Foto Keren Sepuasnya
Tidak usah dijelaskan lagi, anda bisa mencari spot-spot menakjubkan di tempat ini untuk berfoto






loading...
 
Copyright © 2014 Rasendriya Bercerita. Designed by OddThemes